(Dok Pribadi - Usaha Mikro)
Usaha mikro yang bertahan 3 generasi kalau dilihat dari
luar mungkin sebagai hal yang biasa saja. Tapi kalau kita lihat lebih detail ke
dalam, maka disana akan kita lihat bagaimana sepak terjang pemlik usaha mikro
ini untuk mempertahankan kelangsungan usahanya dari berbagai perkembangan dunia
usaha saat ini, termasu persaingan usaha. Dulu ketika saya masih kecil usia
sebelum Sekolah Dasar (maklum belum ada TK di tempat saya tinggal waktu
hehehe), saya sering diajak bapak ke kios kecil untuk membeli makanan ringan
dan juga beberapa product sekali pakai semisal obat nyamuk bakar, obat flu
eceran dijual perbutir. Kue kue ringan zaman itu misalnya jippang, permen dan
krupuk hehehe yang harganya hanya sekitar Rp.10,- sampai Rp.15,-. Iya hanya
sepuluh sampai limabelas rupiah (mungkin nilai atau nominal yang aneh bagi anak
anak sekarang). Penjualnya usianya saat ini sudah 68 tahun hampir sama atau
satu angkatan dengan bapak saya. Nah…sesudah remaja sekitar SMP atau SMA di
kios itu juga saya bersama teman teman sebaya waktu itu melewatkan waktu luang
sore atau malam hari. Lebih lebih kalau di malam minggu, bisa sampai larut
malam kami semua duduk nongkrong di kios ini. Dan sekarang usia saya sudah 40
tahun, anak anak saya sudah usia 20 tahun. Yang menarik lagi, sesudah bapak
saya dulu sering beli beli dan ngobrol ngobrol di kios ini, kemudian masa
remaja saya juga banyak saya lewatkan disini, nah sekarang anak anak saya dan
teman temanya juga nongkrong dan melewatkan waktu luang disini juga hehehe. Sementara
penjualnya masih orang yang sama. Jadi si penjual ini termasuk awet muda karena
dulu bapak saya memanggilnya dg sebutan “Cak” saya juga memanggilnya “Cak” dan
sekarang anak anak saya juga memanggilnya dengan panggilan yang sama yaitu “Cak”.
Lengkap sudah 3 generasi menjadi pelanggan kios cak ini. Dan kios ini tetap
bertahan juga berkembang menyesuaikan kebutuhan konsumen.
Sekarang saya akan mulai membahas tentang kiosnya dari
zaman bapak saya sampai zaman saya dan zaman anak anak saya sekarang ini.
Pastilah ada perbedaannya sehingga bisa bertahan bahkan berkembang. Karena sebenarnya
di waktu dulu ada 3 kios kecil yang hampir sama dengan punya Cacak/kakak laki
laki ini. Tapi yang dua akhirnya harus gulung tikar. Saya masih ingat, dulu
kios hanya terisi product rokok, obat obatan, makanan ringan dan kue kue kering
yang kalau tidak segera laku bisa menjadi tengik gak bisa dimakan. Dan uniknya,
semua product atau barang dagangan disini dijual juga dengan cara
eceran/satuan/perbiji. Misalnya, rokok hanya beli satu batang juga boleh. Obat
hanya beli satu butir juga boleh hehehe padahal biasanya obat itu dijual satu
blister isi 4 butir. Kenapa semua product barang dagangan disini dijual juga
dengan cara eceran???? Justru disinilah kekuatan kios ini. Sadar bahwa di
sekitar lingkunan kios ini banyak orang yang tidak mampu membeli rokok 1 pak,
dan tidak perlu membeli obat sampai 1 blister (maklum orang desa biasanya kalau
sakit flu, minum obat satu butir saja sudah sembuh hehehe) maka kios inipun
memfasilitasi mereka hehehe. Agak lucu memang. Karena jarang sekali kios di
sekitar tempat tinggal kita mau menjual eceran. Jualan eceran inilah yang
membuat usaha mikro yang bertahan 3 generasi ini bisa terjadi beneran. Dan ternyata
jualan secara eceran ini juga terdengar sampai di beberapa tetangga desa. Dan
masyarakat tetangga desa ini yang hanya mampu membeli eceran,akhirnya rela naik
sepeda pancal ke kios ini untuk membeli rokok, obat secara eceran. Dan nampaknya
tanpa terasa, kios ini sudah menerapkan strategi bisnis “Niche” atau Ceruk
bisnis. Yaitu spesifik pelanggan yang diambil adalah customer atau pembeli
eceran. Yang ternyata mereka menjadi pelanggan setia turun temurun bahkan
sampai melebar ke tetangga desa.
Baiklah sesudah saya
gambarkan tentang niche atau ceruk bisnis yang jadi customernya, sekarang akan
kita lihat perkembangan productnya seperti apa selama 3 generasi ini
berlangsung. Di zaman atau waktu bapak saya dulu, paling customer hanya beli
makanan ringan, kue kue ringan, obat obatan termasuk obat nyamuk bakar, dan
juga rokok. Di massa saya remaja product yang dijual juga hampir sama, tapi
product yang dijual jumlahnya lebih banyak. Sedngkan di generasi anak anak saya
saat ini banyak jenis product baru. Product baru ini, mau tidak mau harus
diambil karena untuk mengikuti perkembangan kebutuhan customer. Contoh,
sekarang juga jual elpiji melon, jual air dalam gallon baik yang asli maupun
isi ulang. Selain itu, juga membuka jualan isi pulsa karena anak anak sekarang
sudah pada pegang HP semua. Menariknya juga, penambahan product baru ini juga
diambil dari keuntungan jualan secara bertahap. Kalau di perusahaan besar, ini khan
bagian dari hasil laba atau keuntungan yang dikembalikan ke perusahaan untuk
penambahan jumlah modal. Nampaknya dengan cara inilah kios cak ini menjadi usaha
mikro yang bertahan 3 generasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar