(Dok Pribadi - Ilustrasi Siswa Baru)
Daftar sekolah masa lalu dan kini memang sangat jauh
berbeda. Baik dari sisi sekolahnya, siswanya, gurunya dan orang tua siswa. PPDB
saat ini memang menjadi perhatian masyarakat luas secara umum, baik media massa
maupun masyarakat awam pada umumnya dan orang tua siswa pada khususnya. Bahkan
di Surabaya, orang tua siswa yang anaknya sekarang sedang mendaftar di SMP dan
SMA negeri di Surabaya sampai melakukan aksi unjuk rasa di grahadi meminta supaya
PPDB tidak diterapkan saat ini. Meski dalam kondisi pro da kontra, banyak juga
masyarakat yang diuntungkan dengan kebijakan PPDB saat ini. Beberapa orang tua
yang tinggal di kawasan sekolah favorite yang tahun tahun kemarin nampaknya
sulit mendaftarkan anaknya ke sekolah favorite, sekarang mereka punya
kesempatan untuk masuk sekolah favorite, karena dengan system zonasi ini
masyarakat yang dekat sekolah punya kesempatan lebih besar dari tahun tahun
kemarin. Masyarakat sekitar sekolah, mendapat kuota sampai 50 %. Dalam tulisan
kali ini, kita akan melihat satu persatu dari mereka yang terlibat dan terkena
dampak kebijakan ditherapkannya PPDB ini. Secara umum pada dasarnya PPDB ini
bertujuan baik yaitu pemerataan siswa untuk mendapatkan layanan di bidang
pendidikan. Dengan kebijakan ini, maka setiap siswa akan bisa
mendapatkan/mendaftar sekolah di sekolah yang paling dekat dengan tempat
tinggalnya. Tentu saja ini meringankan siswa dan orang tua, karena akan
menghemat biaya transportasi ke sekolah. Tapi kemudian muncul masalah ikutan
imbas adanya sekolah favorite. Di sekolah favorite ini, di waktu waktu yang
lalau diisi oleh siswa siswa yang pintar pintar dengan nilai tinggi. Tidak perduli,
rumah mereka jauh atau sangat jauh. Yang penting nilainya memenuhi persyaratan,
maka siswa bisa masuk. Dengan PPDB ini, siswa berprestasi akademik/pintar
dengan nilai tinggi, masih bisa masuk sekolah favorite tapi kuotanya hanya 20%.
Dengan demikian, lama kelamaan sekolah favorite akan melemah kefavorittanya. Karena
siswa yang pintar akan tersebar merata.
Sekarang kita lihat realitas yang ada di masyarakat
saat ini. Orang tua jadi lebih keras berjuang untuk mendaftarkan putra putrinya
supaya dapat sekolah yang sesuai dengan pilihannya. Siswa siswa yang
berprestasi secara akademik yang kemarin mendambakan untuk bisa sekolah di
sekolah favorite, maka sekarang harus lebih ikhlas menerima kenyataan
kemungkinan diterima di sekolah favorite akan lebih kecil. Siswa yang secara
akdemis tidak terlalu pintar/prestasi rata rata tapi tinggal di dekat sekolah
favorite bisa tersenyum lebar karena kemungkinan diterima di sekolah favorite
lebih besar. Tapi ada juga beberapa kasus yang agak sedikit atau jarang
terjadi. Ada orang tua yang tinggalnya sangat jauh dari sekolah negeri manapun.
Tentu beberapa kasus ini tidak terjadi di masa lalu tau tahun tahun kemarin. Ya..
Itulah kondisi PPDB daftar sekolah masa lalu dan kini. Tapi ada yang menarik
juga dan adem ayem saja pada pelaksanaan PPDB kali ini. Misalnya di Bangkalan
Madura, semua siswa di persilahkan sekolah di kecamatannya masing masing. Tidak
perl u lintas kecamatan. Dan juga yang tinggal di kecamatan pelosok tidak perlu
sekolah di sekolah yang ada di ibukota Kabupaten. Ini karena di setiap
kecamatan sudah ada sekolah (satu kecamatan satu sekolah SMPN dan SMAN). Sekali
lagi, pada dasarnya kebijakan PPDB ini memang bertujuan baik, yaitu pemerataan
layanan pendidikan. Meskipun secara tekhnis memang banyak imbasnya kepada para
siswa dan orang tua siswa.
Tentu hal ini sangat berbeda
dengan di era tahun 80 atau 90 an yang lalu. Systemnya sederhana. Yaitu dengan
pemberlakuan rayonisasi. yaitu 3 kecamatan terdekat menjadi satu rayon. Sehingga
siswa hanya bisa mendaftar di sekolah yang tempat tinggalnya harus sama dengan
rayonnya. Misalnya rayon 1 adalah kecamatan A, B, dan C. Sedangkan siswa adi
tinggal di kecamatan A. maka siswa adi hanya bisa mendaftar di sekolah A, B
atau C saja. Sehingga adi tidak bisa daftar di sekolah D atau sekolah E atau sekolah
F karena berbeda Rayon. Memang dengan aturan tertentu yang agak sulit dan berat,
tetap saja bisa daftar ke sekolah rayon lain. Dengan system ini, maka setiap
sekolah akan mendapatkan siswa dari warga sekitar sekolah saja dan sangat tidak
mungkin dapat siswa dari tempat yang jauh jauh. Dengan system ini, maka proses
pendaftaran jadi lebih sederhana dan meringankan berbagai pihak baik guru,
sekolah, siswa dan orang tua siswa. Biasanya cara mendaftar ke sekolah yang
baru, guru guru yang akan mendaftarkan siswanya ke sekolah yang diinginkan
siswa. Seleksi penyaringan siswa baru dasarkan pada nilai murni hasil ebtanas
(evaluasi belajar tahap akhir nasional). Sesudah didaftarkan, maka tinggal
nunggu hari pengumuman di sekolah sekolah sesuai tempat mendaftar siswa. Orang tua tinggal menunggu di rumah
sambil mendoakan saja. Tentu saja sangat berbeda dengan sekarang ini. Orang
yang dituntut lebih keras berjuang untuk mencarikan sekolah anaknya.
Pendaftaran dulu lebih sederhana disbanding sekarang. Terlepas bahwa
permasalahan zaman now lebih kompleks dari zaman old. Tapi ya itulah cerita
tentang PPDB daftar sekolah masa lalu dan kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar