(Dok Pribadi - Ilustrasi Pemudik)
Oleh oleh mudik lebaran saat ini menjadi sesuatu yang
hangat diperbincangkan di masyarakat kita. Banyak bapak bapak dan ibu ibu yang
merantau, sekarang bingung mencari oleh oleh lebaran di bawah ke kampong
halaman mereka masing masing. Ada satu pameo tersendiri tentang oleh oleh mudik
lebaran ini. Ada yang mengatakan, kalau mudik tidak membawa oleh oleh maka
mudiknya kurang afdol. Bahkan di beberapa tempat di nusantara ini, sampai ada
yang mengukur kesuksesan seorang perantau jika pulang lebaran atau mudik ini
denga membawa mobil baru yang masih mengkilat. Ada yang mengukurnya dengan
menghitung seberapa banyak oleh oleh yang dibawa dan dibagi bagikan. Ada juga
yang mengukurnya tidak perlu oleh oleh berupa barang, tapi berapa banyak bagi
bagi angpao(uang) kepada sanak family dan kerabat.
Kemarin saya sempat bertemu dengan veteran perantau
dari pulau Kalimantan, yang sempat merantau di Kalimantan beberapa waktu yang
lalu. Perantau ini sangat bersemangat bercerita tentang kondisi di pulai
Kalimantan yang punya potensi yang sangat luar biasa untuk mereka yang memang
ingin berjuang memperbaiki ekonomi. Kalau saya sarikan oleh oleh mudik lebaran
dari Kalimantan itu yang diceritakan olehnya adalah sebagai berikut ; Pertama tentang potensi dari sisi
geografis. Pulau Kalimantan sangatlah luas, sementara penduduknya masih tidak
terlalu padat dibandingkan dengan pulau Jawa. Kondisi inilah yang membuat siapa
saja yang ingin berdiam atau hijrah ke Kalimantan tidak perlu bingung untuk
mencari tanah atau tempat tinggal dan juga tempat usaha. Sangat terbuka dan
longgar. Bandingkan dengan pulau jawa pada umumnya dan kota kota kota di Jawa
pada khususnya. Kedua tentang
potensi ekonomi. Potensi ekonomi di pulau Kalimantan sangatlah besar. Beberapa
orang yang pernah merantau, tinggal atau bahkan yang beberapa hari tinggal di
pulau Kalimantan mengakui, bahwa kesempatan untuk mendapatkan uang dengan cara
berwiraswasta cukup besar. Berbagai bidang perekonomian terbuka lebar, mulai
dari bisnis kuliner, keahlian/pengrajin kayu sampai bengkel automotif. Seorang
teman saya yang pernah beberapa minggu tinggal di Kalimantan karena ada kontrak
kerja perbaikan system computer manyatakan, bisnis warung/kuliner masih sangat
potensi karena berdasarkan pengalamanya makan di salah satu warung nasi yang
begitu ramai setiap harinya, ternyata cara mengelola/memasak makanan masih
sembarangan (tidak ada rasa/taste sama sekali). Katanya “Masak makanan
sembarangan saja, larisnya minta ampun. Bagaimana kalau dikelola denga benar???”.
Contoh lainnya, seorang veteran perantau yang kerja di Kalimantan sebagai pengawas
di perusahaan bidang perkayuan bercerita, pada suatu waktu dirinya punya waktu
luang dan kebetulan ada bekas camp pekerja yang sudah tidak terpakai dan hampir
roboh. Kemudian danda mengambil beberapa
daun jendela dan kerangka jendela yang sudah terjatuh berserakan. Olehnya, benda
benda ini diolah jadi beberapa buah rak televisi. Hanya begitu saja, sudah
cepet laku dan berlanjut ada beberapa pesanan. Jadi menurutnya, untuk para
tukang kayu atau perajin kayu, kalau disini tidak bisa berkembang karena
persaingan yang sangat ketat. Maka bisa hijrah ke sana. Karena peluangnya
sangat besar. Dia juga mencontohkan bisnis di bidang perbengkelan motor dan mobil juga sangat terbuka luas.
Kondisi jalanan yang sebagian besar medanya sangat berat, membuat para
pengendara mobil dan motor seringkali membawa sendiri beberapa spare part
cadangan untuk kendaraanya dan juga harus punya dasar perbaikan kendaraan
secara ringan. Misalnya, bawa ban motor cadangan dll. Kenapa ini dilakukan? Karena
jarak perjalanan yang begitu jauh antara pusat pemukiman yang satu dengan yang
lain ditambah medan jalan yang berat, membuat kendaraan bermasalah/rusak. Sementara
keberadaan bengkel masih sangat jarang. Bayangkan…seorang mlijo (penjual bahan
makanan harus bawa cadangan ban hehehe), kalau tidak membawa yang bersiap siap
meninggalkan motoornya di TKP kerusakan hehehe. Dari sini sudah terlihat khan
peluang usahanya. Pengalaman yang lain diceritakan ole hade ipar saya yang
beberapa tahun lalu merantau ke Kaliimantan dan membuka bengkel motor kecil
kecilan, akhirnya sekarang bengkelnya jadi besar. Ketiga, peluang di bidang pertanian dan perkebunan. Tanah yang
masih sangat luas menjadi dasar untuk mengembangkan lahan pertanian dan
perkebunan. Di pertengahan tahun 90 an, pemerintah Kabupaten Malang pernah
memberangkatkan transmigrasi khusus untuk pemuda pemuda dari Kabupaten Malang.
Hal ini tentu dilakukan berdasarkan potensi pertanian yang ada di Kalimantan.
Perbekalan khusus dan keahlian khusus juga dibekalkan pada mereka yang
ditransmigrasikan saat itu.
Selain potensi potensi di
atas, hal lain yang perlu diperhatikan adalah kondisi sosial budaya. Karena
berbeda pulau tentu saja berbeda kondisi sosial budaya. Jadi ketika memasuki
wilayah sosial budaya yang baru, maka semua harus menjunjung tinggi adat budaya
setempat. “Dimana bumi di pijak, di situ langit dijunjung”. Jangan melakukan
hal hal yang aneh aneh, lebih baik banyak bertanya untuk mengetahui dan
mempelajari adat budaya setempat. Ada sebuah cerita, ketika seorang perantau
melakukan perbuatan aneh, dengan berburu orang utan dan memakanya. Maka beberapa
waktu kemudian, orang ini didatangi puluhan orang ke campnya. Untungnya sebelum
kedatangan “geng orang utan ini”. Ada seseorang yang mengetahui peristiwa itu
kemudian mengkonsultasikan ke tetuah di sana, dan saat itu juga disarankan
segera pulang ke Jawa karena kalau tidak segera pulang dan tetap berdiam di Kalimantan
maka yang bersangkutan bisa dihabisi “Geng orang utan ini”. Inilah sekelumit
oleh oleh mudik dari Kalimantan, semoga bisa jadi inspirasi dan motivasi,
aamiin. (Ayo Belajar Seumur Hidup, Surabaya 01 Juni 2019)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar