Breaking

Sabtu, 01 Juni 2019

Oleh oleh Mudik lebaran dari Kalimantan

(Dok Pribadi - Ilustrasi Pemudik)
Oleh oleh mudik lebaran saat ini menjadi sesuatu yang hangat diperbincangkan di masyarakat kita. Banyak bapak bapak dan ibu ibu yang merantau, sekarang bingung mencari oleh oleh lebaran di bawah ke kampong halaman mereka masing masing. Ada satu pameo tersendiri tentang oleh oleh mudik lebaran ini. Ada yang mengatakan, kalau mudik tidak membawa oleh oleh maka mudiknya kurang afdol. Bahkan di beberapa tempat di nusantara ini, sampai ada yang mengukur kesuksesan seorang perantau jika pulang lebaran atau mudik ini denga membawa mobil baru yang masih mengkilat. Ada yang mengukurnya dengan menghitung seberapa banyak oleh oleh yang dibawa dan dibagi bagikan. Ada juga yang mengukurnya tidak perlu oleh oleh berupa barang, tapi berapa banyak bagi bagi angpao(uang) kepada sanak family dan kerabat.
Kemarin saya sempat bertemu dengan veteran perantau dari pulau Kalimantan, yang sempat merantau di Kalimantan beberapa waktu yang lalu. Perantau ini sangat bersemangat bercerita tentang kondisi di pulai Kalimantan yang punya potensi yang sangat luar biasa untuk mereka yang memang ingin berjuang memperbaiki ekonomi. Kalau saya sarikan oleh oleh mudik lebaran dari Kalimantan itu yang diceritakan olehnya adalah sebagai berikut ; Pertama tentang potensi dari sisi geografis. Pulau Kalimantan sangatlah luas, sementara penduduknya masih tidak terlalu padat dibandingkan dengan pulau Jawa. Kondisi inilah yang membuat siapa saja yang ingin berdiam atau hijrah ke Kalimantan tidak perlu bingung untuk mencari tanah atau tempat tinggal dan juga tempat usaha. Sangat terbuka dan longgar. Bandingkan dengan pulau jawa pada umumnya dan kota kota kota di Jawa pada khususnya. Kedua tentang potensi ekonomi. Potensi ekonomi di pulau Kalimantan sangatlah besar. Beberapa orang yang pernah merantau, tinggal atau bahkan yang beberapa hari tinggal di pulau Kalimantan mengakui, bahwa kesempatan untuk mendapatkan uang dengan cara berwiraswasta cukup besar. Berbagai bidang perekonomian terbuka lebar, mulai dari bisnis kuliner, keahlian/pengrajin kayu sampai bengkel automotif. Seorang teman saya yang pernah beberapa minggu tinggal di Kalimantan karena ada kontrak kerja perbaikan system computer manyatakan, bisnis warung/kuliner masih sangat potensi karena berdasarkan pengalamanya makan di salah satu warung nasi yang begitu ramai setiap harinya, ternyata cara mengelola/memasak makanan masih sembarangan (tidak ada rasa/taste sama sekali). Katanya “Masak makanan sembarangan saja, larisnya minta ampun. Bagaimana kalau dikelola denga benar???”. Contoh lainnya, seorang veteran perantau yang kerja di Kalimantan sebagai pengawas di perusahaan bidang perkayuan bercerita, pada suatu waktu dirinya punya waktu luang dan kebetulan ada bekas camp pekerja yang sudah tidak terpakai dan hampir roboh. Kemudian danda  mengambil beberapa daun jendela dan kerangka jendela yang sudah terjatuh berserakan. Olehnya, benda benda ini diolah jadi beberapa buah rak televisi. Hanya begitu saja, sudah cepet laku dan berlanjut ada beberapa pesanan. Jadi menurutnya, untuk para tukang kayu atau perajin kayu, kalau disini tidak bisa berkembang karena persaingan yang sangat ketat. Maka bisa hijrah ke sana. Karena peluangnya sangat besar. Dia juga mencontohkan bisnis di bidang perbengkelan  motor dan mobil juga sangat terbuka luas. Kondisi jalanan yang sebagian besar medanya sangat berat, membuat para pengendara mobil dan motor seringkali membawa sendiri beberapa spare part cadangan untuk kendaraanya dan juga harus punya dasar perbaikan kendaraan secara ringan. Misalnya, bawa ban motor cadangan dll. Kenapa ini dilakukan? Karena jarak perjalanan yang begitu jauh antara pusat pemukiman yang satu dengan yang lain ditambah medan jalan yang berat, membuat kendaraan bermasalah/rusak. Sementara keberadaan bengkel masih sangat jarang. Bayangkan…seorang mlijo (penjual bahan makanan harus bawa cadangan ban hehehe), kalau tidak membawa yang bersiap siap meninggalkan motoornya di TKP kerusakan hehehe. Dari sini sudah terlihat khan peluang usahanya. Pengalaman yang lain diceritakan ole hade ipar saya yang beberapa tahun lalu merantau ke Kaliimantan dan membuka bengkel motor kecil kecilan, akhirnya sekarang bengkelnya jadi besar. Ketiga, peluang di bidang pertanian dan perkebunan. Tanah yang masih sangat luas menjadi dasar untuk mengembangkan lahan pertanian dan perkebunan. Di pertengahan tahun 90 an, pemerintah Kabupaten Malang pernah memberangkatkan transmigrasi khusus untuk pemuda pemuda dari Kabupaten Malang. Hal ini tentu dilakukan berdasarkan potensi pertanian yang ada di Kalimantan. Perbekalan khusus dan keahlian khusus juga dibekalkan pada mereka yang ditransmigrasikan saat itu.
Selain potensi potensi di atas, hal lain yang perlu diperhatikan adalah kondisi sosial budaya. Karena berbeda pulau tentu saja berbeda kondisi sosial budaya. Jadi ketika memasuki wilayah sosial budaya yang baru, maka semua harus menjunjung tinggi adat budaya setempat. “Dimana bumi di pijak, di situ langit dijunjung”. Jangan melakukan hal hal yang aneh aneh, lebih baik banyak bertanya untuk mengetahui dan mempelajari adat budaya setempat. Ada sebuah cerita, ketika seorang perantau melakukan perbuatan aneh, dengan berburu orang utan dan memakanya. Maka beberapa waktu kemudian, orang ini didatangi puluhan orang ke campnya. Untungnya sebelum kedatangan “geng orang utan ini”. Ada seseorang yang mengetahui peristiwa itu kemudian mengkonsultasikan ke tetuah di sana, dan saat itu juga disarankan segera pulang ke Jawa karena kalau tidak segera pulang dan tetap berdiam di Kalimantan maka yang bersangkutan bisa dihabisi “Geng orang utan ini”. Inilah sekelumit oleh oleh mudik dari Kalimantan, semoga bisa jadi inspirasi dan motivasi, aamiin. (Ayo Belajar Seumur Hidup, Surabaya 01 Juni 2019)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar