Breaking

Sabtu, 08 Juni 2019

Asal Kau Bahagia di Hari Raya idul Fitri 2019 ini

(Dok Pribadi Tanaman Gatung Jenggot Musa)
Asal kau bahagia di hari raya Idul Fitri 2019 ini, aku akan mengantarmu kemana saja. Sepertinya inilah ungkapan yang tepat di hari raya ini. Karena sejak H-3 hari raya aku sudah ready untuk menjadi driver keluarga mengantar kemana saja yang mereka mau. H-2 hari raya, ada seorang teman baik yang minta tolong kepada saya untuk menanyakan informasi tentang obat untuk kanker di Surabaya. Padahal saat itu, saya sedang di Madura. Karena sudah saya anggap sebagai bagian dari keluarga, maka sayapun berangkat dari Madura ke Surabaya untuk mendapatkan berbagai informasi tentang obat untuk penyakit kanker tersebut. Dan sesampainya di rumah agency obat penyakit kanker tersebut ternyata orang yang bersangkutan yang kapable untuk menjelaskan tentang obat ini sedang keluar kota. Tapi untunglah saya bertemu dengan karyawan lainnya yang bisa menjelaskan tentang obat ini. Jadi obat ini berupa capsule yang harus diminum 3 kali sehari, dan sekali minum 2 butir capsule. Cara minumnya supaya lebih cepat reaksi, maka capsule dibuka kemudian isinya dicampur dengan air kemasan sebanyak 750 militer, kemudian dikocok dan siap diminum. Hargannya 1 paket 1 juta 50 ribu rupiah berisi 30 capsule. Belinya harus satu paket dengan alasan sudah ditakar oleh perusahaan supaya ada hasil yang diharapkan. Tapi sayangnya, waktu itu obatnya sedang kosong. Jadi sayapun pulang dengan tangan hampa ke Madura. Malam harinya, saya harus balik ke Surabaya untuk membeli ayam kampung di sekitar pasar Ampel. Dengan alasan, harga ayam di Surabaya lebih murah dibanding dengan di Madura hehehe. Ya memang betul…hehehe. Akhirnya kami mendapatkan 3 ekor ayam kampung.   

H-1 satu saya isi dengan kegiatan lebih banyak tidur dan ibadah hehehe karena mengantuk sekali seharian kemarin aktivitas sampai larut malam. Tahu tahu sudah jelag dhuhur, tahu tahu sudah jelang ashar dan tahu tahu sudah jelang magrib terus berbuka dan takbiran. Seperti biasa, malam takbir di Madura masih penuh dengan petasan bak bom Molotov sebesar betis kaki orang dewasa diselingi kembang api modern. Jadi malam takbir diiringi dar der dor… hehehe. Pagi hari sesudah sholat Ied di Masjid Agung Bangkalan, seperti biasa masyarakat berziara ke makam leluhur mereka di pemakaman umum. Pemakaman umum jadi penuh sesak dengan lautan manusia yang berziarah. Tepat jam 9.30 kami mulai perjalanan ke mojokerto dari Madura. Waktu Dhuhur kami masih berada di Masjid Al Akbar Surabaya atau separuh perjalanan. Sesudah Dhuhur kami lanjutkan ke Mojokerto. Ngantuk sebenarnya hehehe. Tapi asal kau bahagia di hari raya idul fitri ini aku akan mengantarmu kemana saja. Sekitar jam 1 siang kami sampai di rumah Mojokerto langsung ikut menemui tamu tamu atau saudara saudara yang berkunjung ke rumah kami sampai sore hari. Di malam hari kami lanjutkan berkunjung ke rumah saudara saudara tua kami sampai larut malam. Besok paginya, kami berkunjung ke rumah saudara yang lainnya. Dari kunjungan hari itu ada yang menarik buat saya… yaitu makanan manisan dari buah blonceng (yang biasanya hanya dipakai campuran rawon di desa sebagai tambah tambah Daging sapi hehehe). Saya merasakan kesegaran yang luar biasa. Karena selama ini, persepsi masyarakat awam, blonceng hanya sebagai sayuran yang dicampur ke Rawon. Tapi kali ini jadi manisan yang sudah didinginkan di lemari es. Siang hari saya makan dan minum manisan blonceng yang menyegarkan hehehe. Kunjungan hari itu berlangsung terus sampai malam hari ke saudara saudara.

Beberapa jam kemudian, sekitar pukul 3 dini hari kami memulai perjalanan lagi ke Malang ke rumah mbah buyut keluarga kami. Sengaja melakukan perjalanan dini hari untuk menghindari kemacetan yang terjadi selama perjalanan. Wal hasil kami sampai di malang Pakisaji sekitar pukul 7 pagi. Sesudah sarapan pagi, kami lanjutkan kunjungan ke kerabat saudara di Krebet Malang dekat Pabrik Gula Krebet. Dalam kunjungan di rumah saudara kali ini saya dapatkan hal yang menarik yaitu tanaman hias yang berupa tanaman gantung. Namanya Jenggot Musa. Jenggot musa ini bentuknya seperti mie putih yang menggantung di pot gantung, kalau di semprot air warnanya jadi hijau. Cara perawatanya juga cukup mudah. Setiap hari sekali disemprot pakai air sebagai makanannya. Sepintas jenggot Musa ini seperti tanaman palsu/terbuat dari plastic. Sesudah dari Krebet, kunjungan dilanjutkan kea rah timur ke Poncokusumo (dataran tinggi sudah mendekati pananjakan gunung bromo) jadi suhunya mulai dingin seperti Batu. Airnya juga menjadi dingin. Hal yang menarik saat kami berkunjung ke Poncokusumo adalah adanya qubah masjid Agung Poncokusumo yang bisa digeser geser sesuai kebutuhan suhu udara di dalam masjid. Kalau suhu di dalam Masjid sudah terasa panas, maka qubah bisa di geser. Separuh qubah digeser ke arah barat dan separuhnya lagi digeser ke arah timur. Kalau sudah pada kondisi semacam ini, maka qubah terlihat seperti terbelah jadi dua bagian. Dengan adanya celah ini, maka udara bisa masuk ke dalam masjid, dan bisa menurunkan suhu udara di dalam masjid. Kalau anda berwudhlu di Masjid ini, maka airnya terasa dingin seperti di batu atau di lembang Bandung. Lumayan capek juga, tapi asal kau bahagia di hari raya Idul fitri 2019 ini(Ayo Belajar Seumur hidup, Bagkalan 09 Juni 2019) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar