(Dok Pribadi Tanaman Gatung Jenggot Musa)
Asal kau bahagia di hari raya Idul Fitri 2019 ini, aku
akan mengantarmu kemana saja. Sepertinya inilah ungkapan yang tepat di hari
raya ini. Karena sejak H-3 hari raya aku sudah ready untuk menjadi driver
keluarga mengantar kemana saja yang mereka mau. H-2 hari raya, ada seorang
teman baik yang minta tolong kepada saya untuk menanyakan informasi tentang
obat untuk kanker di Surabaya. Padahal saat itu, saya sedang di Madura. Karena
sudah saya anggap sebagai bagian dari keluarga, maka sayapun berangkat dari
Madura ke Surabaya untuk mendapatkan berbagai informasi tentang obat untuk
penyakit kanker tersebut. Dan sesampainya di rumah agency obat penyakit kanker
tersebut ternyata orang yang bersangkutan yang kapable untuk menjelaskan
tentang obat ini sedang keluar kota. Tapi untunglah saya bertemu dengan
karyawan lainnya yang bisa menjelaskan tentang obat ini. Jadi obat ini berupa
capsule yang harus diminum 3 kali sehari, dan sekali minum 2 butir capsule.
Cara minumnya supaya lebih cepat reaksi, maka capsule dibuka kemudian isinya
dicampur dengan air kemasan sebanyak 750 militer, kemudian dikocok dan siap
diminum. Hargannya 1 paket 1 juta 50 ribu rupiah berisi 30 capsule. Belinya
harus satu paket dengan alasan sudah ditakar oleh perusahaan supaya ada hasil
yang diharapkan. Tapi sayangnya, waktu itu obatnya sedang kosong. Jadi sayapun
pulang dengan tangan hampa ke Madura. Malam harinya, saya harus balik ke
Surabaya untuk membeli ayam kampung di sekitar pasar Ampel. Dengan alasan,
harga ayam di Surabaya lebih murah dibanding dengan di Madura hehehe. Ya memang
betul…hehehe. Akhirnya kami mendapatkan 3 ekor ayam kampung.
H-1 satu saya isi dengan kegiatan lebih banyak tidur
dan ibadah hehehe karena mengantuk sekali seharian kemarin aktivitas sampai larut
malam. Tahu tahu sudah jelag dhuhur, tahu tahu sudah jelang ashar dan tahu tahu
sudah jelang magrib terus berbuka dan takbiran. Seperti biasa, malam takbir di
Madura masih penuh dengan petasan bak bom Molotov sebesar betis kaki orang
dewasa diselingi kembang api modern. Jadi malam takbir diiringi dar der dor…
hehehe. Pagi hari sesudah sholat Ied di Masjid Agung Bangkalan, seperti biasa
masyarakat berziara ke makam leluhur mereka di pemakaman umum. Pemakaman umum
jadi penuh sesak dengan lautan manusia yang berziarah. Tepat jam 9.30 kami
mulai perjalanan ke mojokerto dari Madura. Waktu Dhuhur kami masih berada di
Masjid Al Akbar Surabaya atau separuh perjalanan. Sesudah Dhuhur kami lanjutkan
ke Mojokerto. Ngantuk sebenarnya hehehe. Tapi asal kau bahagia di hari raya
idul fitri ini aku akan mengantarmu kemana saja. Sekitar jam 1 siang kami
sampai di rumah Mojokerto langsung ikut menemui tamu tamu atau saudara saudara
yang berkunjung ke rumah kami sampai sore hari. Di malam hari kami lanjutkan
berkunjung ke rumah saudara saudara tua kami sampai larut malam. Besok paginya,
kami berkunjung ke rumah saudara yang lainnya. Dari kunjungan hari itu ada yang
menarik buat saya… yaitu makanan manisan dari buah blonceng (yang biasanya
hanya dipakai campuran rawon di desa sebagai tambah tambah Daging sapi hehehe).
Saya merasakan kesegaran yang luar biasa. Karena selama ini, persepsi masyarakat
awam, blonceng hanya sebagai sayuran yang dicampur ke Rawon. Tapi kali ini jadi
manisan yang sudah didinginkan di lemari es. Siang hari saya makan dan minum
manisan blonceng yang menyegarkan hehehe. Kunjungan hari itu berlangsung terus
sampai malam hari ke saudara saudara.
Beberapa jam kemudian,
sekitar pukul 3 dini hari kami memulai perjalanan lagi ke Malang ke rumah mbah
buyut keluarga kami. Sengaja melakukan perjalanan dini hari untuk menghindari
kemacetan yang terjadi selama perjalanan. Wal hasil kami sampai di malang Pakisaji
sekitar pukul 7 pagi. Sesudah sarapan pagi, kami lanjutkan kunjungan ke kerabat
saudara di Krebet Malang dekat Pabrik Gula Krebet. Dalam kunjungan di rumah
saudara kali ini saya dapatkan hal yang menarik yaitu tanaman hias yang berupa
tanaman gantung. Namanya Jenggot Musa. Jenggot musa ini bentuknya seperti mie
putih yang menggantung di pot gantung, kalau di semprot air warnanya jadi
hijau. Cara perawatanya juga cukup mudah. Setiap hari sekali disemprot pakai
air sebagai makanannya. Sepintas jenggot Musa ini seperti tanaman palsu/terbuat
dari plastic. Sesudah dari Krebet, kunjungan dilanjutkan kea rah timur ke
Poncokusumo (dataran tinggi sudah mendekati pananjakan gunung bromo) jadi
suhunya mulai dingin seperti Batu. Airnya juga menjadi dingin. Hal yang menarik
saat kami berkunjung ke Poncokusumo adalah adanya qubah masjid Agung
Poncokusumo yang bisa digeser geser sesuai kebutuhan suhu udara di dalam
masjid. Kalau suhu di dalam Masjid sudah terasa panas, maka qubah bisa di
geser. Separuh qubah digeser ke arah barat dan separuhnya lagi digeser ke arah timur.
Kalau sudah pada kondisi semacam ini, maka qubah terlihat seperti terbelah jadi
dua bagian. Dengan adanya celah ini, maka udara bisa masuk ke dalam masjid, dan
bisa menurunkan suhu udara di dalam masjid. Kalau anda berwudhlu di Masjid ini,
maka airnya terasa dingin seperti di batu atau di lembang Bandung. Lumayan capek juga, tapi asal kau bahagia di hari raya Idul fitri 2019 ini(Ayo Belajar
Seumur hidup, Bagkalan 09 Juni 2019)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar