Breaking

Minggu, 12 Mei 2019

Cara Sukses mengendalikan anak buah, belajar Rentang Kendali, dari Organisasi TNI

(Dok Pribadi - Lap Kodam V Brawijaya)
Surabaya. Cara sukses mengendalikan anak buah, nampaknya jadi ilmu tersendiri yang ingin dipelajari hampir semua orang khususnya yang memiliki anak buah. Baik di organisasi perusahaan maupun di organisasi social kemasyarakat dan juga politik. Dalam ilmu management yang sering dipelajari di fakultas ekonomi, biasanya di semester semester awal, ilmu ini disebut sebagai rentang kendali. Rentang kendali artinya, kemampuan maksimal yang bisa dicapai seseorang pimpinan dalam mengendalikan, mengarahkan anak buah atau anggotanya mencapai tujuan yang diinginkan. Tentu banyak hal yang bisa mempengaruhi seseorang bisa mengerahkan anak buah atau anggota yang dipimpinnya bergerak menuju tujuan yang ingin dicapainya. Satu diantaranya adalah jumlah anggota atau anak buah yang dipimpinnya  apakah sudah proporsional atau overload.

Dalam artikel kali ini saya akan menguraikan cara sukses mengendalikan anak buah, dengan cara belajar rentang kendali dari organisasi TNI. Artinya, di struktur organisasi TNI ini pembagian jumlah Sumber Daya Manusianya sangatlah ideal. Sehingga praktis, rentang kendali berjalan lancer. Tapi sebelum kita mempelajarinya lebih lanjut, saya juga akan bercerita tentang satu organisasi perusahaan yang pada posisi transisi dari perusahaan kecil ke menengah dan kebetulan bermasalah dengan SDM di sisi rentang kendali. Beruntung saya berkesempatan untuk segera menyelesaikan dan mencari jalan keluarnya. Ketika saya pertama kali datang ke perusahaan ini, ada sekitar 150 karyawan tapi tidak memiliki struktur organisasi. Yang ada hanya 3 orang karyawan yang bertugas di bagian administrasi dan keuangan dan 2 orang bertugas di bagian produksi. Tidak jelas siapa pimpinan tertinggi dalam seluruh karyawan ini. Imbasnya sangatlah banyak. Tapi yang terkait dengan Rentang kendali adalah tidak jelas siapa pengendali karyawan yang berjumlah 150 orang ini?. Imbas lanjutannya adalah sering terjadi  1 karyawan tidak bekerja dalam satu minggu, dan baru diketahui minggu berikutnya hehehehe.  Selain itu, 2 orang yang bertugas di bagian produksi ini sering misscontrol dalam proses produksi dan juga kualitas kerja mapun kinerja,  karena anak buahnya ada sekitar 150 orang. Begitu melihat kondisi ini saya segera membuat divisi divisi atau regu berdasarkan beberapa hal. Ada yang berdasarkan klasifikasi mesin yang membutuhkan karyawan lebih dari 3 orang untuk mengoperasionalkannya, ada juga yang didasarkan klasifikasi proses produksinya. Wal hasil, ada beberapa regu atau kelompok yang terbentuk, masing masing kelompok terdiri atas 3 orang sampai 11 orang anggota dengan 1 orang ketua regu dan 1 wakil ketua jika dibutuhkan. Sehingga total ada sekitar 10 ketua. Di atasnya ketua ada 2 orang Assisten Pimpinan Produksi. 1 pimpinan produksi ini langsung bertanggung jawab kepada owner yang kebetulan sebagai direktur peusahaan. Dengan cara seperti ini, akhirnya semua fungsi produksi bisa terkontrol karena semua karyawan masuk dalam rentang kendali. Pimpinan produksi bisa mengontrol seluruh karyawan yang berjumlah 150 orang ini melalui 2 assistennya. Dan 2 orang assisten ini mengontrol anak buahnya melalui ketua kelompok yang berjumlah 10 orang ini. Efektif sudah. Kenapa efektif??? Karena rentang kendali seseorang itu makasimal sampai 11 orang. Artinya, satu orang pimpinan itu sebenarnya maksimal hanya bisa mengendalikan 11 orang. Lebih dari itu, akan banyak terjadi misscontrol.

Baiklah, sekarang kembali pada topik artikel kita kali ini. Ekonom Rizal Ramli dalam satu kesempatan pernah menyampaikan. Pak Presiden Soeharto presiden kedua Indonesia dalam mengendalikan jalannya pemerintahanya hanya mengendalikan 8 sampai 11 Menko (Mentri Koordiantor). Sedangkan mentri mentri yang lain yang jumlah mencapai 20 sampai 30 Mentri, bekerja dalam koordinasi Menko masing masing. Misalnya, Mentri perdagangan, Mentri Keuangan, dan beberapa mentri bidang ekonomi lainnya bekerja dalam koordinasi Menko Perekonomian. Cara sukses mengndalikan anak buah, belajar dari organisasi TNI saya ambil sebagai contoh, karena struktur pengendalian komandonya sangat terlihat jelas dan sangat mudah dijalankan, apalagi semua anggota sudah dalam satu visi dan misi. Jadi, rentang kendali dalam TNI sangat maksimal dan bagus sama sekali tidak overload. Berikut gambaran rentang kendali dari terkecil
1 regu  terdiri atas 9 orang dengan 1 Komandan Regu (Danru)
3 Regu menjadi peleton dengan 1 Komandan Peleton(Danton)
3 sampai 4 Peleton menjadi 1 Kompi dengan 1 Komandan Kompi (Danki)
3 sampai 6 kompi menjadi  1 Batalyon dengan 1 komandan Batalyon (Danyon).

Dari uraian di atas kita bisa melihat, Komandan Batalyon memimpin sekitar 300 sampai 600 orang tentara. Tapi dalam melakukan tugasnya, dibantu komandan kompi yang bejumlah 3 sampai 6 orang. Demikian juga Komandan Kompi memimpin 100 sampai 120 orang, tapi dibantu oleh komandan peleton yang berjumlah 3 sampai 4 orang. Demikian juga komandan peleton memimpin 30 orang, tapi dalam melakukan tugasnya dibantu 3 orang komandan Regu yang membawai 9 orang. Jadi praktis, masing masing orang memimpin 3 sampai 9 orang saja, meski jumlah personelnya bisa 400 sampai 600 orang prajurit.  Jadi, itu kenapa saya menulis artikel “Cara sukses mengendalikan anak buah, belajar rentang kendali dari organisasi TNI”. Meski demikian tidak menutup kemungkinan banyak organisasi yang sudah menerapkan system rentang kendali yang juga menghasilkan sesuatu yang maksimal. Ini hanya merupakan satu contoh saja yang bisa kita lihat. Sementara factor factor keberhasilan lainnya juga ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusianya. Skill juga ikut menentukan, khususnya skill masing masing pimpinan, baik pimpinan puncak, menengah, maupun bawah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar