(Dok Pribadi - Lap Kodam V Brawijaya)
Surabaya. Cara sukses mengendalikan anak buah, nampaknya
jadi ilmu tersendiri yang ingin dipelajari hampir semua orang khususnya yang
memiliki anak buah. Baik di organisasi perusahaan maupun di organisasi social kemasyarakat
dan juga politik. Dalam ilmu management yang sering dipelajari di fakultas
ekonomi, biasanya di semester semester awal, ilmu ini disebut sebagai rentang
kendali. Rentang kendali artinya, kemampuan maksimal yang bisa dicapai
seseorang pimpinan dalam mengendalikan, mengarahkan anak buah atau anggotanya
mencapai tujuan yang diinginkan. Tentu banyak hal yang bisa mempengaruhi
seseorang bisa mengerahkan anak buah atau anggota yang dipimpinnya bergerak
menuju tujuan yang ingin dicapainya. Satu diantaranya adalah jumlah anggota
atau anak buah yang dipimpinnya apakah
sudah proporsional atau overload.
Dalam artikel kali ini saya akan menguraikan cara sukses
mengendalikan anak buah, dengan cara belajar rentang kendali dari organisasi
TNI. Artinya, di struktur organisasi TNI ini pembagian jumlah Sumber Daya
Manusianya sangatlah ideal. Sehingga praktis, rentang kendali berjalan lancer. Tapi
sebelum kita mempelajarinya lebih lanjut, saya juga akan bercerita tentang satu
organisasi perusahaan yang pada posisi transisi dari perusahaan kecil ke
menengah dan kebetulan bermasalah dengan SDM di sisi rentang kendali. Beruntung
saya berkesempatan untuk segera menyelesaikan dan mencari jalan keluarnya. Ketika
saya pertama kali datang ke perusahaan ini, ada sekitar 150 karyawan tapi tidak
memiliki struktur organisasi. Yang ada hanya 3 orang karyawan yang bertugas di
bagian administrasi dan keuangan dan 2 orang bertugas di bagian produksi. Tidak
jelas siapa pimpinan tertinggi dalam seluruh karyawan ini. Imbasnya sangatlah
banyak. Tapi yang terkait dengan Rentang kendali adalah tidak jelas siapa
pengendali karyawan yang berjumlah 150 orang ini?. Imbas lanjutannya adalah
sering terjadi 1 karyawan tidak bekerja
dalam satu minggu, dan baru diketahui minggu berikutnya hehehehe. Selain itu, 2 orang yang bertugas di bagian
produksi ini sering misscontrol dalam proses produksi dan juga kualitas kerja
mapun kinerja, karena anak buahnya ada
sekitar 150 orang. Begitu melihat kondisi ini saya segera membuat divisi divisi
atau regu berdasarkan beberapa hal. Ada yang berdasarkan klasifikasi mesin yang
membutuhkan karyawan lebih dari 3 orang untuk mengoperasionalkannya, ada juga yang
didasarkan klasifikasi proses produksinya. Wal hasil, ada beberapa regu atau
kelompok yang terbentuk, masing masing kelompok terdiri atas 3 orang sampai 11
orang anggota dengan 1 orang ketua regu dan 1 wakil ketua jika dibutuhkan. Sehingga
total ada sekitar 10 ketua. Di atasnya ketua ada 2 orang Assisten Pimpinan
Produksi. 1 pimpinan produksi ini langsung bertanggung jawab kepada owner yang
kebetulan sebagai direktur peusahaan. Dengan cara seperti ini, akhirnya semua
fungsi produksi bisa terkontrol karena semua karyawan masuk dalam rentang
kendali. Pimpinan produksi bisa mengontrol seluruh karyawan yang berjumlah 150
orang ini melalui 2 assistennya. Dan 2 orang assisten ini mengontrol anak
buahnya melalui ketua kelompok yang berjumlah 10 orang ini. Efektif sudah.
Kenapa efektif??? Karena rentang kendali seseorang itu makasimal sampai 11
orang. Artinya, satu orang pimpinan itu sebenarnya maksimal hanya bisa
mengendalikan 11 orang. Lebih dari itu, akan banyak terjadi misscontrol.
Baiklah, sekarang kembali pada topik artikel kita kali ini.
Ekonom Rizal Ramli dalam satu kesempatan pernah menyampaikan. Pak Presiden Soeharto
presiden kedua Indonesia dalam mengendalikan jalannya pemerintahanya hanya
mengendalikan 8 sampai 11 Menko (Mentri Koordiantor). Sedangkan mentri mentri
yang lain yang jumlah mencapai 20 sampai 30 Mentri, bekerja dalam koordinasi
Menko masing masing. Misalnya, Mentri perdagangan, Mentri Keuangan, dan
beberapa mentri bidang ekonomi lainnya bekerja dalam koordinasi Menko
Perekonomian. Cara sukses mengndalikan anak buah, belajar dari organisasi TNI
saya ambil sebagai contoh, karena struktur pengendalian komandonya sangat
terlihat jelas dan sangat mudah dijalankan, apalagi semua anggota sudah dalam
satu visi dan misi. Jadi, rentang kendali dalam TNI sangat maksimal dan bagus
sama sekali tidak overload. Berikut gambaran rentang kendali dari terkecil
1 regu terdiri atas 9
orang dengan 1 Komandan Regu (Danru)
3 Regu menjadi peleton dengan 1 Komandan Peleton(Danton)
3 sampai 4 Peleton menjadi 1 Kompi dengan 1 Komandan Kompi
(Danki)
3 sampai 6 kompi menjadi 1 Batalyon dengan 1 komandan Batalyon
(Danyon).
Dari uraian di atas kita bisa melihat, Komandan
Batalyon memimpin sekitar 300 sampai 600 orang tentara. Tapi dalam melakukan tugasnya,
dibantu komandan kompi yang bejumlah 3 sampai 6 orang. Demikian juga Komandan
Kompi memimpin 100 sampai 120 orang, tapi dibantu oleh komandan peleton yang
berjumlah 3 sampai 4 orang. Demikian juga komandan peleton memimpin 30 orang,
tapi dalam melakukan tugasnya dibantu 3 orang komandan Regu yang membawai 9
orang. Jadi praktis, masing masing orang memimpin 3 sampai 9 orang saja, meski
jumlah personelnya bisa 400 sampai 600 orang prajurit. Jadi, itu kenapa saya menulis artikel “Cara
sukses mengendalikan anak buah, belajar rentang kendali dari organisasi TNI”.
Meski demikian tidak menutup kemungkinan banyak organisasi yang sudah
menerapkan system rentang kendali yang juga menghasilkan sesuatu yang maksimal.
Ini hanya merupakan satu contoh saja yang bisa kita lihat. Sementara factor factor
keberhasilan lainnya juga ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusianya.
Skill juga ikut menentukan, khususnya skill masing masing pimpinan, baik
pimpinan puncak, menengah, maupun bawah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar