Breaking

Selasa, 21 Mei 2019

Cara orang beribadah, ada tiga tingkatan.

(Dok Pribadi - Di dalam Masjidil Haram Mekkah Menunggu Waktu Sholat Tiba)
Cara orang beribadah ada tingkatan yang harus dipahami oleh umat, dan ini terjadi di masyarakat kita secara umum. Meski demikian, tiga tingkatan ini tetap syah dan boleh dilakukan oleh umat. Demikian materi tausiah bulan Ramadhan yang disampaikan di Masjid Al Hijriah Pakis Surabaya. Tiga tingkatan ini cara orang beribadah ini mencerminkan bagaimana posisi manusia dengan Allah SWT. Sebagai contoh, di masyarakat kita ada yang rajin beribadah karena takut kepada Allah. Ada juga yang rajin beribadah karena supaya perniagaanya lancar. Ada juga yang beribadah hanya sekedar menggugurkan kewajiban saja. Yang lebih hebat lagi, ada orang yang beribadah hanya karena kecintaanya pada Allah saja. Nah… bagaimana sebenarnya tingkatan tingkatan ibadah seseorang itu, mari kita kupas satu satu sampai tuntas.

Pertama tingkatan orang beribadah karena banyak keiinginan yang harus disampaikan atau didoakan kepada Allah SWT. Jadi seperti orang berdagang. Kita memberikan apa, maka kita dapatkan apa. Tingkatan ibadah semacam ini sah dan boleh dilakukan. Dan memang seperti itulah gambaran tingkatan pertama dari cara orang beribadah yang ada tiga tingkatan di dalamnya.  Kalau digambarkan secara singkat, maka ibadah orang orang yang seperti ini, ibarat para pedaganng atau saudagar yang melakukan transaksi jual beli. Beribadah tekun sepanjang hari, sholat 5 waktu dijalankan tepat waktu, sunah juga dilakukan dengan harapan apa yang didoakan atau dipintakan kepada Allah terkabul. Sekali lagi banyak sekali orang beribadah semacam ini, dan sah juga halal dilakukan. Karena memang setiap manusia itu selalu membutuhkan segala sesuatu tiap saat. Jadi, meminta atau berdoa dengan rajin kepada Allah juga hal yang dibenarkan.

Kedua, tingkatannya adalah karena takut denga ancaman atau siksaan apai neraka. Pada kelompok orang yang kedua ini, mereka beribadah siang dan malam, pagi dan sore hari semata mata karena takut ancaman Allah dan takut api neraka. Jadi mereka ini berbondong bondong ke tempat ibadah dikarenakan takut dimasukan ke neraka. Apakah ibadah yang dilandasi semacam ini sah?. Jawabanya adalah sah dan benar. Jadi mereka rajin ke rumah ibadah, karena di dalam dirinya merasa takut terhadap neraka. Dan mereka juga benar, siapa manusia yang tidak takut terahdap neraka??? Semua orang secara umum takut terhadap api neraka. Inilah cara berbibadah orang kemlompok kedua dalam tataran Cara orang beribadah yang di dalamnya ada tiga tingkatan.

Tingkatan yang ketiga, adalah orang yang beribadah bukan karena berharap masuk syurga atau di tingkatan pertama dan juga bukan karena takut terhadap ancaman api neraka seperti kelompok orang kedua. Di kelompok tiga ini, orang beribadah karena munculnya rasa cinta diri kepada Allah SWT. Untuk melihat gambaran yang jelas di kelompok 3 ini Ustadz Mansyur SH yang memberikan Tausiah mencontohkan doa dan perilaku seorang sufi perempuan (Rabiatul Adawiyah) yang berdoa pada Allah “Ya Allah jika berbiadah karena aku takut pada nerakaMu, maka masukan aku ke dalam nerakaMu yang paling dalam, dan jika aku beribadah karena ingin syurgamu maka tutuplah semua pintu syurga untuku”. Artinya, apapun bentuk ibadah Rabiatul Adawiyah hanya dikarena satu hal yaitu kecintaanya Allah. Itu saja. Dan ibadah pada tingkatan ini juga syah. Ibadah dalam tingkatan ini, adalah orang orang yang hanya mencari ridho Allah saja. Menurut ustadz Mansur SH, kalau kita bercermin pada Rabiatul Adawiyah mungkin terlalu jauh terlalu tinggi seperti Menara gading untuk masyarakat awam seperti kita. Karena itu, secara awam yang bisa dilakukan untuk bisa ke tingkatan yang ketiga ini ada 2 cara.

Cara pertama, ridho Allah itu juga ada pada ridho kedua orang tua kita, karena itu berupaya semaksimal mungkin untuk berbakti pada orang tua. Dengan berbakti pada orang tua, kita berharap orang tua ridho terhadap kehidupan kita. Berbakti pada orang tua ini juga berarti kita tidak menyia nyiakan beliau berdua atau bahkan durhaka terhadap mereka berdua, tapi justru kita harus menyenangkan mereka berdua.

Cara kedua adalah dengan beribadah sholat lima waktu tepat waktu atau di awal waktu. Karena ibadah yang paling disukai Allah adalah sholat 5 waktu di awal waktu. Di awal waktu artinya, sholat tepat jam sholat. Misalnya, kalau dhuhur jam 11.32 maka kita harus sholat jam itu juga. Dan jangan mengakhirkan (misalnya sholat dhuhur jam 14.15 tanpa ada alasan yang dibenarkan secara syari). Sampai saat ini, masih banyak diantara kita yang mengakhirkan sholat di akhir waktu. Kalau kita bercermin dari 2 kota suci umat islam di Mekkah dan Madinah maka  kondisi kita jauh berbeda. Di dua kota suci ini di Mekkah dan Madinah, begitu Adzan dikumandangkan, maka detik itu juga aktivitas perekonomian berhenti, warung dan toko semua tutup dalam sekajap dan semua manusia langsung berbondong bondong (seperti orang demo) berangkat ke masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Itulah gambaran yang disebut sholat di awal waktu.  
Demikian, cara orang beribadah dengan tiga tingkatan. Semoga bisa menjadi inspirasi dalam kehidupan.
(Ayo Belajar Seumur Hidup, Surabaya 22 Mei 2019)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar