Surabaya, 10 Mei 2019. Cara jadi manusia berkaliber
malaikat, itu topik Khotbah Jumat di Masjid Al Hijriyah tadi siang. Lantas
bagaimana caranya jadi manusia berkaliber malaikat???, Jawabnya ya belajar di
bulan Ramadha ini. Begitu uraian dari khotib. Jadi… lengkapnya begini, sebagai manusia tentu
banyak eleman yang ada dalam diri manusia selain sosok atau penampakan fisik
kita sebagai manusia yang sangat jauh berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia
sangat berbeda dengan binatang (ada binatang buas, ada binatang ternak).
Manusia juga berbeda dengan Syaithon. Manusia juga berbeda dengan malaikat. Tetapi
di dalam diri manusia juga ada sifat binatang yang kadang kala muncul dalam
perilaku kita sehari hari. Contoh, pada kondisi tertentu, kita seringkali hanya
berpikir tentang makan dan makan saja tanpa mikir yang lain….sehingga kali ada
gurauan untuk kondisi seperti itu “makan aja terus, kayak kambing’’. Atau pada kondisi tertentu, manusia itu jadi
buas mebinasakan atau membunuh yang lain tanpaa berpikir kemanusiaan sama
sekali, sehingga muncul gurauan untuk kondisi yang demikian “buas seperti
binatang saja”. Di sisi kehidupan yang lain, kita melihat ada manusia yang
membuat kerusakan dimana mana, kerusakan alam, kerusakan moral, adat istiadat
dll, sehingga sering disebut “Syaithon berwujud manusia”. Tapi di lain waktu,
ada seorang yang sangat berhati mulia, menghargai semua makhluk tanpa pandang
bulu, semua dikasihi, semua ditolong, sehingga muncul sebutan yang baik untuk
orang semacam ini “manusia berhati malaikat’. Dan yang terakhir inilah yang
semestinya menjadi pedoman perilaku kita sehari hari.
Jadi, dengan hadirnya bulan Puasa/Ramadhan ini di harapkan
manusia bisa mengasah hati nuraninya, belajar berperilaku lebih baik untuk bisa
berhati malaikat. Puasa Ramadhan ini memberikan dan membimbing perilaku kita
menjadi seperti manusia berhati malaikat. Lihat dan perhatikan saja aturan
aturan berpuasa. Kita tidak boleh makan dan minum di siang hari, ini seperti
perilaku dan sifat malaikat yang tidak butuh makan dan minum. Puasa juga
membuat kita lebih taat dan lebih banyak beribadah, ini juga perilaku malaikat
yang 100 taat dan patuh perintah dan beribadah sepanjang waktu kepada Allah.
Karena itu, dengan Puasa Ramadhan ini, diharapkan manusia bisa berhati mulia
seperti malaikat.
Untuk bisa seperti itu, tentu ada beberapa tingkatan model
atau gaya puasa. Pertama gaya puasa pada umumnya atau umumnya orang berpuasa.
Yang dimaksud disini pada umumnya orang berpuasa atau puasanya oranag umum
adalah tidak makan dan tidak minum. Sudah begitu saja, tidak makan dan tidak
minum, sementara penglihatanya dan pendengaranya, lesannya bahkan hatinya tidak
mau berpuasa. Penglihatan, pendengaran, lesan masih tetap berperilaku jelek. Bahkan hatinya masi
dihingapi rasa iri, dengki dan sakit hati. Kedua, gaya puasa orang khusus. Jadi
selain tidak makan dan tidak minum, penglihatan, pendengaran, lesannya serta hatinya
juga ikut puasa. Sedangkan gaya puasa yang ketiga adalah gaya puasa khusus di
atas khusus. Inilah puasa yang menghasilkan manusia berkaliber malaikat.
Bagaimana tidak disebut khusus di atas khusus, mereka yang melakukan gaya puasa
ini sudah tidak tertarik lagi dengan hal hal duniawi. Melihat atau teringat
makanan dan minuman yang menyegarkan pada waktu di siang hari atau pada waktu
puasa saja, mereka sudah benar benar merasa sangat berdosa. Padahal itu hanya
teringat saja. Bagaimana dengan kita, yang habis makan sahur kemudian sholat
subuh lanjut sholat dhuha, kemudian kita ke pasar dan pas bertemu teman kita,
kita ditanya “ada keperluan apa ke pasar?” Dan kitapun menjawab dengan
bangganya “sedang mencari makanan untuk persiapan buka puasa nati”. Hehehe lalu ada di
mana posisi kita kalau dibandingkan dengan orang yang berpuasa dengan gaya
puasa khusus di atas khusus???
Dengan melihat tiga tahapan atau tingakatan gaya
berpuasa di atas, maka pertanyaanya, diri kita berpuasa dengan tingkatan atau
gaya puasa seperti yang mana?. Yang pertama gaya puasa pada umumnya atau gaya
puasa orang umum. Atau yang kedua, gaya puasa orang khusus. Atau yang ketiga,
gaya puasa orang khusus di atas khusus. Dengan mengetahui tingkatan gaya puasa
kita, maka kita akan bisa menilai diri kita sendiri, apakah sudah berada pada
track yang benar untuk menjadi manusia berkaliber malaikat di puasa kali ini.
Semoga tulisan ini bisa menjadi inspirasi untuk kita semua menjadi manusia yang
lebih mulia. Dan dengan kemulian itu, diharapkan menjadi perbaikan amal soleh
kita yang kurang baik selama 11 bulan yang lalu dalam setahun ini. aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar