Breaking

Kamis, 09 Mei 2019

Cara Jadi Manusia Berkaliber Malaikat, Belajar di Khotbah Jum’at

Surabaya, 10 Mei 2019. Cara jadi manusia berkaliber malaikat, itu topik Khotbah Jumat di Masjid Al Hijriyah tadi siang. Lantas bagaimana caranya jadi manusia berkaliber malaikat???, Jawabnya ya belajar di bulan Ramadha ini. Begitu uraian dari khotib.  Jadi… lengkapnya begini, sebagai manusia tentu banyak eleman yang ada dalam diri manusia selain sosok atau penampakan fisik kita sebagai manusia yang sangat jauh berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia sangat berbeda dengan binatang (ada binatang buas, ada binatang ternak). Manusia juga berbeda dengan Syaithon. Manusia juga berbeda dengan malaikat. Tetapi di dalam diri manusia juga ada sifat binatang yang kadang kala muncul dalam perilaku kita sehari hari. Contoh, pada kondisi tertentu, kita seringkali hanya berpikir tentang makan dan makan saja tanpa mikir yang lain….sehingga kali ada gurauan untuk kondisi seperti itu “makan aja terus, kayak kambing’’.  Atau pada kondisi tertentu, manusia itu jadi buas mebinasakan atau membunuh yang lain tanpaa berpikir kemanusiaan sama sekali, sehingga muncul gurauan untuk kondisi yang demikian “buas seperti binatang saja”. Di sisi kehidupan yang lain, kita melihat ada manusia yang membuat kerusakan dimana mana, kerusakan alam, kerusakan moral, adat istiadat dll, sehingga sering disebut “Syaithon berwujud manusia”. Tapi di lain waktu, ada seorang yang sangat berhati mulia, menghargai semua makhluk tanpa pandang bulu, semua dikasihi, semua ditolong, sehingga muncul sebutan yang baik untuk orang semacam ini “manusia berhati malaikat’. Dan yang terakhir inilah yang semestinya menjadi pedoman perilaku kita sehari hari.

Jadi, dengan hadirnya bulan Puasa/Ramadhan ini di harapkan manusia bisa mengasah hati nuraninya, belajar berperilaku lebih baik untuk bisa berhati malaikat. Puasa Ramadhan ini memberikan dan membimbing perilaku kita menjadi seperti manusia berhati malaikat. Lihat dan perhatikan saja aturan aturan berpuasa. Kita tidak boleh makan dan minum di siang hari, ini seperti perilaku dan sifat malaikat yang tidak butuh makan dan minum. Puasa juga membuat kita lebih taat dan lebih banyak beribadah, ini juga perilaku malaikat yang 100 taat dan patuh perintah dan beribadah sepanjang waktu kepada Allah. Karena itu, dengan Puasa Ramadhan ini, diharapkan manusia bisa berhati mulia seperti malaikat.

Untuk bisa seperti itu, tentu ada beberapa tingkatan model atau gaya puasa. Pertama gaya puasa pada umumnya atau umumnya orang berpuasa. Yang dimaksud disini pada umumnya orang berpuasa atau puasanya oranag umum adalah tidak makan dan tidak minum. Sudah begitu saja, tidak makan dan tidak minum, sementara penglihatanya dan pendengaranya, lesannya bahkan hatinya tidak mau berpuasa. Penglihatan, pendengaran, lesan masih  tetap berperilaku jelek. Bahkan hatinya masi dihingapi rasa iri, dengki dan sakit hati. Kedua, gaya puasa orang khusus. Jadi selain tidak makan dan tidak minum, penglihatan, pendengaran, lesannya serta hatinya juga ikut puasa. Sedangkan gaya puasa yang ketiga adalah gaya puasa khusus di atas khusus. Inilah puasa yang menghasilkan manusia berkaliber malaikat. Bagaimana tidak disebut khusus di atas khusus, mereka yang melakukan gaya puasa ini sudah tidak tertarik lagi dengan hal hal duniawi. Melihat atau teringat makanan dan minuman yang menyegarkan pada waktu di siang hari atau pada waktu puasa saja, mereka sudah benar benar merasa sangat berdosa. Padahal itu hanya teringat saja. Bagaimana dengan kita, yang habis makan sahur kemudian sholat subuh lanjut sholat dhuha, kemudian kita ke pasar dan pas bertemu teman kita, kita ditanya “ada keperluan apa ke pasar?” Dan kitapun menjawab dengan bangganya “sedang mencari  makanan untuk  persiapan buka puasa nati”. Hehehe lalu ada di mana posisi kita kalau dibandingkan dengan orang yang berpuasa dengan gaya puasa khusus di atas khusus???

Dengan melihat tiga tahapan atau tingakatan gaya berpuasa di atas, maka pertanyaanya, diri kita berpuasa dengan tingkatan atau gaya puasa seperti yang mana?. Yang pertama gaya puasa pada umumnya atau gaya puasa orang umum. Atau yang kedua, gaya puasa orang khusus. Atau yang ketiga, gaya puasa orang khusus di atas khusus. Dengan mengetahui tingkatan gaya puasa kita, maka kita akan bisa menilai diri kita sendiri, apakah sudah berada pada track yang benar untuk menjadi manusia berkaliber malaikat di puasa kali ini. Semoga tulisan ini bisa menjadi inspirasi untuk kita semua menjadi manusia yang lebih mulia. Dan dengan kemulian itu, diharapkan menjadi perbaikan amal soleh kita yang kurang baik selama 11 bulan yang lalu dalam setahun ini. aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar