(Dok Pribadi Masjid Al Akbar)
Berpuasa dan gaya hidup sesuai strata ekonomi dan
sosial masyarakat menjadi peta tersendiri yang menarik untuk kita lihat sebagai
gambaran kondisi masyarakat kita. Pada dasarnya, setiap muslim yang berpuasa
Ramadhan tetap wajib melakukan hal hal atau aktivitas yang menjadi kewajibanya.
Mereka yang belajar tetap harus belajar. Dan yang sudah wajib mencari nafkah
juga harus tetap mencari nafkah atau bekerja seperti hari hari biasanya. Sampai
hari ke 19 puasa Ramadhan tahun ini,
saya sudah melihat lihat dan berjalan jalan ke setiap sudut masyarakat di
Surabaya dan Madura dan beberapa tempat lain, yang menunjukan cara mereka
melewatkan hari hari dalam puasa Ramadhan. Dan dari sini, saya melihat ada 3 gambaran
dari 3 Strata ekonomi dan sosial yang berbeda dalam melewatkan hari hari di
bulan Ramadhan ini. Dalam kelompok masyarakat yang saya amati ini ada kelompok
karyawan baik ASN (Aparatur Sipil Negara) atau karyawan perusahaan swasta baik
kecil maupun menengah yang bekerja setiap hari dari Senin sampai Jumat atau
Sabtu. Kelompok berikutnya adalah para pekerja bebas/freelance. Mereka ini
bekerja pada perusahaan tapi paruh waktu, jadi mereka bebas mengatur waktu
kapan bekerja kapan mereka istirahat. Yang penting apa yang diinginkan
perusahaan terpenuhi. Sebagai contoh, marketing freelance, driver ojek online,
driver taxi/mobil online. Sedangkan kelompok yang ketiga, adalah mereka yang
memiliki usaha mikro/kecil atau usaha yang dijalankan sendiri oleh mereka
sendiri. Sebenarnya, selain tiga kelompok strata di atas, masih ada lagi strata
ekonomi dan sosial lainnya. Tapi untuk kali ini, saya akan menulis yang 3 di
atas saja. Kita akan melihat gambaran bagaimana 3 kelompok dengan strata
ekonomi dan sosial yang berbeda ini menjalankan puasa Ramadhan. Baiklah…kita
aka lihat potret mereka dalam menjalani ibadah puasa ramdhan mereka.
Pertama, dengan status strata ekonomi dan sosial yang umum
dan memang jumlahnya cukup banyak di tengah tengah masyarakat kita. Mereka ini
para karyawan ASN, karyawan Swasta dan juga karyawan Pabrikan. Cara melewatkan
hari hari dalam puasanya juga seperti masyarakat pada umumnya. Keseharian
mereka dalam bulan Ramadhan ini tidak terlalu jauh berbeda denga hari hari
biasanya. Jadi mereka ini tetap masuk kerja pagi sampai sore, kerja seperti
hari hari yang lain di luar Ramadhan. Hanya pada kondisi perusahaan atau
pabrikan yang peka dan sangat perhatian pada karyawanya, biasanya mereka pulang
sedikit lebih cepat, sebagai bentuk apresiasi perusahaan untuk karyawaannya
dalam mempersiapkan buka puasa. Tapi tidak semua perusahaan seperti ini. Yang
seperti ini hanya bisa dihitung dengan jari. Selebihnya, adalah perusahaan perusahaan
yang tidak memberikan apresiasi apapun kada kaaryawanya. Sehingga tidak ada
perbedaan sama sekali dengan kerja rutin/regular.
Kedua, adalah kelompok para pekerja Freelance. Ada
freelance marketing property, Freelance Assuransi, freelance dari perusahaan
besar (ojek on line, driver mobil onlinde dan Freelance-Frelance lainnya).
Kondisi ini agak sedikit berbeda dengan kelompok pertama. Karena ingin sedikit focus
pada permasalahan Puasa. Selain itu, kondisi suhu dan iklim Surabaya yang
teramat sangat panas, juga sangat mempengaruhi pola mereka dalam mensiasati target
kerja mereka supaya tidak terlalu banyak buang buang energy. Meskipun bukan
perusahaan yang menarget mereka, tapi mereka sendiri punya target yang harus
dicapai hari itu. Sehingga mereka ini mengkombinasikan sebagian waktu hari itu
untuk bekerja di lapangan, dan sebagian lagi digunakan untuk beribadah sekalian
istirahat menghindarai suhu panas kota Surabaya, dengan cara masuk ke masjid
masjid besar di kota Surabaya yang membiarkan mereka tidur tiduran. Seperti Maasjid
Nasional Al Akbar, selama bulan puasa membiarkan masyarakat untuk tidur tiduran
di dalam masjid. Tetapi di Luar bulan Puasa tidak diijinka untuk tidur tiduran
dalam masjid. Jadi, begitulah gaya berpuasa dan gaya hidup sesuai strata
ekonomi dan sosial mereka. Kebanyakan mereka mulai kerja di pagi pagi hari
sampai tengah hari. Begitu tengah hari dan panas memuncak, mereka masuk ke
dalam masjid sekalian beristirahat. Di dalam masjid, mereka biasanya sekalian I’tikaf
dan istirahat menghindari terik matahari. Mereka menyebutnya sekali melangkah 2
pekerjaan didapatkan(Istirahat dan ibadah). Biasanya mereka istirahat mulai dhuhur sampai
habis ashar. Sesudah itu, mereka akan kembali bekerja sebentar dan langsung
pulang.
Kelompok yang ketiga, ini yang saya temui di pedalaman
pedalaman di Pulau Madura. Mereka ini sangat militan dan fanatik terhadap agama
mereka. Bisa disebut mereka ini sangat religious dan menghargai agama mereka
khususnya di dalam bulan Ramadhan. Strata ekonomi sosial mereka bermacam macam.
Kebanyakan mereka ini usaha mikro milik sendiri. Jadi mereka sangat bebas
menentukan pola kerjanya. Sehingga mereka ini begitu extreme dalam menjalankan
puasa Ramadhan yaitu dengan menghentikan aktivitas ekonomi selama sebulan
penuh. Mereka mengisi hari harinya hanya dengan beribadah saja mulai pagi
bangun tidur sampai malam hari menjelang tidur. Lantas bagaimana mereka
memenuhi kebutuhan mereka selama sebulan dan menjelang lebara. Mereka ini sudah
mengantisipasinya dengan cara menyisihkan keuntungan selama bulan bulan di luar
Ramadhan. Sehingga begitu memasuki bulan Ramadhan, kebutuhan keuangan selama
sebulan penuh + Hari Raya sudah ada. Wal hasil, mereka bisa melewati bulan
Ramadhan dengan penuh tanpa harus memikirkan kebutuhan duniawi atau ekonomi
mencari uang. Menarik bukan???? Mengalihkan sebagain rezeki di hari hari biasa,
supaya Ramadhan bisa konsentrasi penuh 100% pada ibadah kepada Allah. Dan ada
lagi yang menarik diantara mereka kalau ditanya keiinginan terbesar mereka apa?
Mereka akan menjawab pergi berhaji. Bagi mereka, tidak ada kata Keluar negeri
kecuali berhaji. Hehehe Mantabf… Demikianlah catatan saya tentang Berpuasa dan
gaya hidup sesuai strata ekonomi dan sosial. Semoga bisa menjadi inspirasi.
(Ayo Belajar Seumur Hidup,
Surabaya 25 Mei 2019)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar