Breaking

Selasa, 16 Juli 2019

Gerhana Bulan dulu dan sekarang dalam peradaban

(Dok Pribadi - Gerhana Bulan)
Gerhana bulan dulu dan sekarang dalam peradaban manusia di bumi memang terus mengalami perkembangan. Meski demikian, peristiwa terjadinya gerhana bulan secara keilmuan astronomi tetaplah sama. Yaitu, ketika Matahari – Bumi – Bulan  dalam sat ugaris edar yang sejajar, maka sinar matahari yang mestinya sampai di bulan terhalang oleh bumi. Sehingga bulan tidak mendapatkan sinar yang sempurna dari matahari, akibatnya cahaya bulan yang dipancarkan ke bumi hanya sebagian saja selama beberapa saat. Bahkan dalam hitungan detik atau menit, bulan bbisa tertutup total oleh bumi, shingga bulan sepertinya lenyap (ini yang terjadi jika gerhana matahri total). Sekedar kembali mengingatkan, bahwa bulan tidak bisa memancarkan sendiri cahayanya, bulan hanya menerima cahaya matahari kemudian memantulkan ke Bumi.  Ini tinjauan secara astronomi. Dari waktu ke waktu juga akan tetap sama seperti itu, kecuali jiak ada penemuan baru di Scientech. Selain tinjauan dari astronomi, ada juga tinjauan dari sisi atau bidang sosiologi dan antropologi yaitu tentang perilaku masyarakat terhadap gerhana bulan ini. Secara umum dapat saya bedakan jadi dua kelompok besar masyarakat dalam merespon fenomena terjadinya gerhana bulan. Kelompok pertama yang sebagian besar melihat gerhana bulan sebagai suatu peristiwa yang bisa menjadi triger peristiwa negative lainnya di bumi. Dalam kelompok ini ada yang berpendapat, gerhana bulan merupakan peristiwa benda langit yang dimakan oleh mahkluk langit yang besar dan jahat, dan jika sudah bisa memakan bulan maka makhluk langit ini akan memakan semua yang ada di bumi. Sehingga berbagai ritual dilakukan untuk menggagalkan makhluk langit yang besar dan jahat ini dalam memakan bulan. Itu hanya satu diantara perilaku masyarakat, yang lainnya juga hamper sama meski dengan versi yang agak berbeda sedikit. Kelompok yang kedua adalah kelompok yang memandang peristiwa gerhana bulan bulan ini sebagai satu hal yang positif. Tapi kelompok ini jumlahnya relative sedikit. Di masyarakat Amerika Serikat, memandang peristiwa gerhana bulan ini adalah peristiwa datangnya ibu bulan yang merangkul bulan sehingga bulan tidak terlihat karena ada dalam dekapan ibu bulan. Karena itu, peristiwa ini dianggap sebagai triger akan terjadinya hal hal yang positif. Karena datangnya ibu bulan ini akan menebarkan hal yang positif di muka bumi.

Sesuai dengan judul tulisan saya di atas, sekarang mari kita lihat bagaimana peradaban masyarakat di sekitar kita merespon terjadinya peristiwa gerhana bulan. Di sekitar tahun 1980 an kebawah (angkatan mbah mbah dan mbah buyut saya), jika terjadi gerhana bulan, maka yang dilakukan adalah sebagai berikut. Anak anak akan dibangunkan dari tidurnya kemudian dibawa ke teras atau serambi rumah. Teras rumah orang dulu rendah atapnya dan usuknya bisa dilihat dan bisa diraih dengan tangan. Karena itu, jika terjadi gerhana bulan anak anak akan diangkat dan disuruh perpegangan di usuk itu supaya bisa cepat tinggi, dan tidak jadi anak cebol atau pendek. Dari sini, anda mungkin sudah bisa menyimpulkan ini adalah mitos. Selain itu, ada masyarakat kita juga akan keluar membawa bantal atau guling kemudian dipukul pukulkan ke pohon buah buahan yang ada di pekarangan, katanya supaya pohon2 buah buahan ini bangun dan di masa yang akan datang bisa berbuah lebat. Dari sini anda juga pasti bisa menyimpulkan ini mitos. Gerhana bulan dulu dan sekarang dalam peradaban manusia tentu saja terus berkembang dan berbeda. Selain itu ada juga sebagian masyarakat yang ramai ramai bisa berkelompok atau sendiri sendiri membunyikan lesung alat penumbuk padi. Secara musical theatre sebenarnya enak di dengar alunan music lesung ini. (sekarang anda tidak akan pernah dengar, karena padi sekarang diselep dengan mesin). Nah mereka yang membunyikan lesung pada saat gerhana bulan terjadi, karena mereka berpendapat bahwa bulan sedang dimakan Bhatara Kala, jadi kalua diiringi music dan tetabuhan maka Bhatara Kala sibuk menari nari, sehingga bulan terlepas dari mulutnya bhatara kala. Yaa sekali lagi ini juga mitos.  Semmua ini terjadi di era 1980 an ke bawah. Nah bagaimana dengan sekarang????

Masyarakat kita terus melek pengetahuan, termasuk tentang peristiwa gerhana bulan ini. Respon masyarakat juga terus berkembang dan berubah. Pemahaman dari sisi religi juga semakin menguat saat ini. Sehingga respon yang berbeda juga diberikan oleh kaum religi. Tadi pagi sesudah sholat subuh, di masjid masjid banyak yang langsung melakukan sholat Gerhana. Dari percakapan group group WA para takmir masjid banyak yang menyarankan sholat gerhana dilakukan sesudah sholat subuh. Banyak masyarakat yang masih tidur, jika sholat gerhana dilakukan jam 1 atau jam 2 (karena gerhana dimulai sekitar pukul 1 lebih malam tadi). Dan berakhir sekitar pukul 6 pagi hari. Karena itu, masih ada waktu untuk sholat gerhana sesudah sholat subuh. Inilah yang saya katakana sebagai perkembangan peradaban masyarakat. Kalua zama dulu masyarakat sibuk mengangkat anaknya  di usuk teras, memukul pohon dengan bantal, membunyikan lesung sehingga riuh benar saat itu meski malam hari (gerhana bulan). Tapi sekarang semuah keriuhan itu tidak ada lagi, diganti suasana religious. Karena hamper semua masjid tadi pagi melaksanakan sholat gerhana. Yaa itulah gerhana bulan dulu dan sekarang dalam peradaban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar