(Dok Pribadi - Gerhana Bulan)
Gerhana bulan dulu dan sekarang dalam peradaban manusia
di bumi memang terus mengalami perkembangan. Meski demikian, peristiwa
terjadinya gerhana bulan secara keilmuan astronomi tetaplah sama. Yaitu, ketika
Matahari – Bumi – Bulan dalam sat ugaris
edar yang sejajar, maka sinar matahari yang mestinya sampai di bulan terhalang
oleh bumi. Sehingga bulan tidak mendapatkan sinar yang sempurna dari matahari,
akibatnya cahaya bulan yang dipancarkan ke bumi hanya sebagian saja selama
beberapa saat. Bahkan dalam hitungan detik atau menit, bulan bbisa tertutup
total oleh bumi, shingga bulan sepertinya lenyap (ini yang terjadi jika gerhana
matahri total). Sekedar kembali mengingatkan, bahwa bulan tidak bisa memancarkan
sendiri cahayanya, bulan hanya menerima cahaya matahari kemudian memantulkan ke
Bumi. Ini tinjauan secara astronomi.
Dari waktu ke waktu juga akan tetap sama seperti itu, kecuali jiak ada penemuan
baru di Scientech. Selain tinjauan dari astronomi, ada juga tinjauan dari sisi
atau bidang sosiologi dan antropologi yaitu tentang perilaku masyarakat
terhadap gerhana bulan ini. Secara umum dapat saya bedakan jadi dua kelompok
besar masyarakat dalam merespon fenomena terjadinya gerhana bulan. Kelompok
pertama yang sebagian besar melihat gerhana bulan sebagai suatu peristiwa yang
bisa menjadi triger peristiwa negative lainnya di bumi. Dalam kelompok ini ada
yang berpendapat, gerhana bulan merupakan peristiwa benda langit yang dimakan
oleh mahkluk langit yang besar dan jahat, dan jika sudah bisa memakan bulan
maka makhluk langit ini akan memakan semua yang ada di bumi. Sehingga berbagai
ritual dilakukan untuk menggagalkan makhluk langit yang besar dan jahat ini
dalam memakan bulan. Itu hanya satu diantara perilaku masyarakat, yang lainnya
juga hamper sama meski dengan versi yang agak berbeda sedikit. Kelompok yang
kedua adalah kelompok yang memandang peristiwa gerhana bulan bulan ini sebagai
satu hal yang positif. Tapi kelompok ini jumlahnya relative sedikit. Di masyarakat
Amerika Serikat, memandang peristiwa gerhana bulan ini adalah peristiwa
datangnya ibu bulan yang merangkul bulan sehingga bulan tidak terlihat karena
ada dalam dekapan ibu bulan. Karena itu, peristiwa ini dianggap sebagai triger
akan terjadinya hal hal yang positif. Karena datangnya ibu bulan ini akan
menebarkan hal yang positif di muka bumi.
Sesuai dengan judul tulisan saya di atas, sekarang mari
kita lihat bagaimana peradaban masyarakat di sekitar kita merespon terjadinya
peristiwa gerhana bulan. Di sekitar tahun 1980 an kebawah (angkatan mbah mbah
dan mbah buyut saya), jika terjadi gerhana bulan, maka yang dilakukan adalah
sebagai berikut. Anak anak akan dibangunkan dari tidurnya kemudian dibawa ke
teras atau serambi rumah. Teras rumah orang dulu rendah atapnya dan usuknya
bisa dilihat dan bisa diraih dengan tangan. Karena itu, jika terjadi gerhana
bulan anak anak akan diangkat dan disuruh perpegangan di usuk itu supaya bisa
cepat tinggi, dan tidak jadi anak cebol atau pendek. Dari sini, anda mungkin
sudah bisa menyimpulkan ini adalah mitos. Selain itu, ada masyarakat kita juga
akan keluar membawa bantal atau guling kemudian dipukul pukulkan ke pohon buah
buahan yang ada di pekarangan, katanya supaya pohon2 buah buahan ini bangun dan
di masa yang akan datang bisa berbuah lebat. Dari sini anda juga pasti bisa
menyimpulkan ini mitos. Gerhana bulan dulu dan sekarang dalam peradaban manusia
tentu saja terus berkembang dan berbeda. Selain itu ada juga sebagian
masyarakat yang ramai ramai bisa berkelompok atau sendiri sendiri membunyikan
lesung alat penumbuk padi. Secara musical theatre sebenarnya enak di dengar
alunan music lesung ini. (sekarang anda tidak akan pernah dengar, karena padi
sekarang diselep dengan mesin). Nah mereka yang membunyikan lesung pada saat
gerhana bulan terjadi, karena mereka berpendapat bahwa bulan sedang dimakan
Bhatara Kala, jadi kalua diiringi music dan tetabuhan maka Bhatara Kala sibuk
menari nari, sehingga bulan terlepas dari mulutnya bhatara kala. Yaa sekali
lagi ini juga mitos. Semmua ini terjadi
di era 1980 an ke bawah. Nah bagaimana dengan sekarang????
Masyarakat kita terus melek
pengetahuan, termasuk tentang peristiwa gerhana bulan ini. Respon masyarakat
juga terus berkembang dan berubah. Pemahaman dari sisi religi juga semakin
menguat saat ini. Sehingga respon yang berbeda juga diberikan oleh kaum religi.
Tadi pagi sesudah sholat subuh, di masjid masjid banyak yang langsung melakukan
sholat Gerhana. Dari percakapan group group WA para takmir masjid banyak yang
menyarankan sholat gerhana dilakukan sesudah sholat subuh. Banyak masyarakat
yang masih tidur, jika sholat gerhana dilakukan jam 1 atau jam 2 (karena
gerhana dimulai sekitar pukul 1 lebih malam tadi). Dan berakhir sekitar pukul 6
pagi hari. Karena itu, masih ada waktu untuk sholat gerhana sesudah sholat
subuh. Inilah yang saya katakana sebagai perkembangan peradaban masyarakat. Kalua
zama dulu masyarakat sibuk mengangkat anaknya
di usuk teras, memukul pohon dengan bantal, membunyikan lesung sehingga riuh
benar saat itu meski malam hari (gerhana bulan). Tapi sekarang semuah keriuhan
itu tidak ada lagi, diganti suasana religious. Karena hamper semua masjid tadi
pagi melaksanakan sholat gerhana. Yaa itulah gerhana bulan dulu dan sekarang
dalam peradaban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar