Breaking

Minggu, 23 Juni 2019

Mobil Matic antara Mitos dan Miss Persepsi

(Dok Pribadi - Dashboard Mobil Matic Nissan Serena)
Mobil matic  antara mitos dan miss persepsi. Saat ini kebutuhan kendaraan bermotor khususnya mobil semakin tinggi di tengah tengah masyarakat kita. Tingginya kebutuha kendaraan dalam hal ini mobil, tentu saja dipengaruhi tingkat pendapatan masyarakat dak juga kebutuhan mobilitas bersama sama keluarga untuk mempererat silaturahmi antara kerabat dan antar anggota keluarga yang berjauhan. Kebutuhan atau permintaan pangsa pasar mobil yang cukup tinggi bahkan bisa dibilang sangat tinggi ini, tentu menjadi persaingan diantara produsen mobil untuk menarik minat konsumen. Berbagai cara dilakukan produsen mobil untuk menjaring konsumen dalam jumlah yang besar. Baik dengan cara inovasi di bidang mesin, design interior exterior maupun fitur fitur yang ditawarkan. Dari sisi mesin khususnya, secara umum diklasifikasikan dengan mesin matic dan manual. Di Luar negeri, mesin jenis matic ini sudah sangat familiar dan banyak diminati sejak puluhan tahun lalu. Ini karena mesin jenis matic lebih memudahkan dan memanjakan para driver atau pengguna mobil dibandingkan dengan mesin manual. Apalagi kalau dalam kondisi macet seperti arus mudik, arus akhir pekan dan lalu lintas dalam kota di hari kerja, tentu mesin matic sangatlah meringankan para driver. Ringanya kerja driver bisa hampir terbantu 50% dibanding menggunakan mobil manual. Bayangkan saja, yang satu menggunakan pedal kopling yang satu tidak ada pedal kopling, hanya pedal gas dan pedal rem saja. lantas kenapa, mobil matic baru booming di Indonesia akhir akhir ini. Inipun masih banyak diadopsi oleh mobil mobil dengan segmentasi mobil keluarga. Nampaknya ada beberapa hal yang terkait dengan beberapa mitos atau miss persepsi yang terjadi di masyarakat kita.

Beberapa mitos itu antara lain. Mobil matic lebih sulit daripada mobil manual. Salah persepsi di masyarakat kita tentang mobil matic adalah masyarakat menganggap mobil matic lebih sulit dioperasionalkan daripada mobil manual. Padahal, kenyataannya justru sebaliknya, mobil matic lebih sederhana dan lebih mudah dioperasikan daripada mobil manual. Kesalahan persepsi ini terjadi, bisa jadi karena selama ini kita sudah terbiasa dengan mobil manual. Mengubah kebiasaan yang sudah mendarah daging memang akan mengalami kendala secara psikologi. Padahal kalau kita sudah tahu dan mengerti caranya. Persepsi kita akan berubah drastic, bahwa mobil matic itu lebih mudah dan lebih nyaman dioperasikan. Faktanya, mobil keluarga saat ini hampir keseluruhan menggunakan transmisi matic. Sebut saja Nissan Serena, Alphard series dan beberapa jenis dan merk mobil keluarga lainnya juga menggunakan transmisi matic. Satu diantara alasan kenapa mobil jenis mobil keluarga menggunakan transmisi matic adalah karena perpindahan gigi lebih halus dibandingkan mobil manual, jadi lebih nyaman bagi para penumpang. Fakta lainnya tentang mudahnya atau sederhananya mengoperasikan mobil matic, silahkan tanya pada pengguna mobil matic yang dulunya adalah pengguna mobil manual. Sebagian besar mereka akan menyatakan mengoperasikan mobil matic lebih nyaman dan mudah disbanding mobil manual atau hampir sama dengan mobil manual. Tapi masalah kenyamanan pasti akan menjawab lebih nyaman mobil matic. Mitos atau miss persepsi yang berkutnya adalah mobil matic lambat akselerasinya dibanding mobil jenis manual. Ini juga pendapat yang tidak selamanya benar. Kalau mengacu pada tekhnologi yang lama bisa jadi benar, tai itupun juga terjadi pada tekhnologi mobil manual yang lama. Nah bagaimana dengan mobil matic yang keluaran akhir akhir ini. Mesin matic selalu terus berinovasi, sehingga semakin hari semakin lebih baik. Jadi mobil matic sekarang ini sudah sangat responsive untuk berakselerasi. Bahkan kalau anda lihat di formula 1, semua mobil formula 1 menggunakan mobil matic. Bahkan lebih canggih, hanya menekan nekan tombol saja seperti main game. Ini bisa anda lihat kalau kamera sedang menayangkan cokpit mobil mobil di formula 1. Bahkan kalau anda lihat di film transporter jenis mobil sedan hitam yang dipakai pemeran utama dalam film transporter juga menggunakan transmisi matic. Jadi mobil matic itu responsive sekali. Mobil matic antara mitos dan miss persepsi, kita lanjutkan ke mitos atau miss persepsi berikutnya adalah “mobil matic itu sulit atau tidak punya power jika dipakai di tanjakan”. Mitos atau miss persepsi ini muncul kemungkinan dikarenakan beberapa kali driver yang kurang cekatan dalam mengendalikan mobil matic khususnya ditanjakan. Banyak pengemudi ketika melewati tanjakan yang terjal, tidak segera memindahkan gigi ke posisi L atau 1 yang memang khusus dibuat untuk tanjakan terjal atau turunan yang curam. Padahal kalau langsung dipindah ke gigi L atau 1, dijamin pasti lewat itu tanjakan atau turunan (di turunan berfungsi sebagai engine break). Berikut ini beberapa kasus yang semestinya tidak perlu terjadi. Seorang teman saya memakai Nissan juke untuk menanjak di tanjakan gunung kelud jawa timur. Entah sengaja atau bagaimana, pada waktu menanjak dan ada tulisan rambu lalu lintas gunakan gigi 1, teman saya tetap menggunakan gigi D. Wal hasil mobil tidak ada power untuk menanjak. Kemudian mobil dibiarkan mundur teratur. Begitu sampai dibawah, teman saya mengubah transmisi ke posisi L dan menggunakan fitur Mode Sport. Sehingga akhirnya mobil bisa nanjak dengan ringan. Nah ini khan mestinya tidak perlu terjadi kalau sejak awal driver sudah rexponsif  dan cekatan dalam membaca medan jalan. Apakah menggunakan gigi D atau L.

Pengalaman pribadi saya 2 kali di awal memiliki mobil manual dan ketiga atau sekarang menggunakan mobil matic. Saya pribadi lebih senang menggunakan mobil matic. Lebih ringan dan mudah serta nyaman dalam menggunakannya. Dengan Nissan Serena, pejalanan di tol semarang – solo dengan tanjakan yang terjal, tetap saja mobil ini sangat responsive dan bertenaga. Dengan mode Sport, tanjakan di hutan arak arak di Bondowoso dan gunung kumitir di jember dilibas dengan sangat ringan. Demikianlah artikel tentang Mobil Matic antara mitos dan Miss Persepsi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar