(Dok Pribadi - Dashboard Mobil Matic Nissan Serena)
Mobil matic antara
mitos dan miss persepsi. Saat ini kebutuhan kendaraan bermotor khususnya mobil
semakin tinggi di tengah tengah masyarakat kita. Tingginya kebutuha kendaraan
dalam hal ini mobil, tentu saja dipengaruhi tingkat pendapatan masyarakat dak juga
kebutuhan mobilitas bersama sama keluarga untuk mempererat silaturahmi antara
kerabat dan antar anggota keluarga yang berjauhan. Kebutuhan atau permintaan pangsa
pasar mobil yang cukup tinggi bahkan bisa dibilang sangat tinggi ini, tentu
menjadi persaingan diantara produsen mobil untuk menarik minat konsumen. Berbagai
cara dilakukan produsen mobil untuk menjaring konsumen dalam jumlah yang besar.
Baik dengan cara inovasi di bidang mesin, design interior exterior maupun fitur
fitur yang ditawarkan. Dari sisi mesin khususnya, secara umum diklasifikasikan
dengan mesin matic dan manual. Di Luar negeri, mesin jenis matic ini sudah
sangat familiar dan banyak diminati sejak puluhan tahun lalu. Ini karena mesin
jenis matic lebih memudahkan dan memanjakan para driver atau pengguna mobil dibandingkan
dengan mesin manual. Apalagi kalau dalam kondisi macet seperti arus mudik, arus
akhir pekan dan lalu lintas dalam kota di hari kerja, tentu mesin matic
sangatlah meringankan para driver. Ringanya kerja driver bisa hampir terbantu
50% dibanding menggunakan mobil manual. Bayangkan saja, yang satu menggunakan
pedal kopling yang satu tidak ada pedal kopling, hanya pedal gas dan pedal rem
saja. lantas kenapa, mobil matic baru booming di Indonesia akhir akhir ini. Inipun
masih banyak diadopsi oleh mobil mobil dengan segmentasi mobil keluarga.
Nampaknya ada beberapa hal yang terkait dengan beberapa mitos atau miss
persepsi yang terjadi di masyarakat kita.
Beberapa mitos itu antara lain. Mobil matic lebih sulit
daripada mobil manual. Salah persepsi di masyarakat kita tentang mobil matic
adalah masyarakat menganggap mobil matic lebih sulit dioperasionalkan daripada
mobil manual. Padahal, kenyataannya justru sebaliknya, mobil matic lebih
sederhana dan lebih mudah dioperasikan daripada mobil manual. Kesalahan persepsi
ini terjadi, bisa jadi karena selama ini kita sudah terbiasa dengan mobil
manual. Mengubah kebiasaan yang sudah mendarah daging memang akan mengalami kendala
secara psikologi. Padahal kalau kita sudah tahu dan mengerti caranya. Persepsi kita
akan berubah drastic, bahwa mobil matic itu lebih mudah dan lebih nyaman
dioperasikan. Faktanya, mobil keluarga saat ini hampir keseluruhan menggunakan
transmisi matic. Sebut saja Nissan Serena, Alphard series dan beberapa jenis
dan merk mobil keluarga lainnya juga menggunakan transmisi matic. Satu diantara
alasan kenapa mobil jenis mobil keluarga menggunakan transmisi matic adalah
karena perpindahan gigi lebih halus dibandingkan mobil manual, jadi lebih
nyaman bagi para penumpang. Fakta lainnya tentang mudahnya atau sederhananya
mengoperasikan mobil matic, silahkan tanya pada pengguna mobil matic yang
dulunya adalah pengguna mobil manual. Sebagian besar mereka akan menyatakan
mengoperasikan mobil matic lebih nyaman dan mudah disbanding mobil manual atau
hampir sama dengan mobil manual. Tapi masalah kenyamanan pasti akan menjawab
lebih nyaman mobil matic. Mitos atau miss persepsi yang berkutnya adalah mobil
matic lambat akselerasinya dibanding mobil jenis manual. Ini juga pendapat yang
tidak selamanya benar. Kalau mengacu pada tekhnologi yang lama bisa jadi benar,
tai itupun juga terjadi pada tekhnologi mobil manual yang lama. Nah bagaimana
dengan mobil matic yang keluaran akhir akhir ini. Mesin matic selalu terus
berinovasi, sehingga semakin hari semakin lebih baik. Jadi mobil matic sekarang
ini sudah sangat responsive untuk berakselerasi. Bahkan kalau anda lihat di
formula 1, semua mobil formula 1 menggunakan mobil matic. Bahkan lebih canggih,
hanya menekan nekan tombol saja seperti main game. Ini bisa anda lihat kalau
kamera sedang menayangkan cokpit mobil mobil di formula 1. Bahkan kalau anda
lihat di film transporter jenis mobil sedan hitam yang dipakai pemeran utama
dalam film transporter juga menggunakan transmisi matic. Jadi mobil matic itu responsive
sekali. Mobil matic antara mitos dan miss persepsi, kita lanjutkan ke mitos
atau miss persepsi berikutnya adalah “mobil matic itu sulit atau tidak punya
power jika dipakai di tanjakan”. Mitos atau miss persepsi ini muncul
kemungkinan dikarenakan beberapa kali driver yang kurang cekatan dalam
mengendalikan mobil matic khususnya ditanjakan. Banyak pengemudi ketika melewati
tanjakan yang terjal, tidak segera memindahkan gigi ke posisi L atau 1 yang
memang khusus dibuat untuk tanjakan terjal atau turunan yang curam. Padahal kalau
langsung dipindah ke gigi L atau 1, dijamin pasti lewat itu tanjakan atau
turunan (di turunan berfungsi sebagai engine break). Berikut ini beberapa kasus
yang semestinya tidak perlu terjadi. Seorang teman saya memakai Nissan juke
untuk menanjak di tanjakan gunung kelud jawa timur. Entah sengaja atau
bagaimana, pada waktu menanjak dan ada tulisan rambu lalu lintas gunakan gigi
1, teman saya tetap menggunakan gigi D. Wal hasil mobil tidak ada power untuk
menanjak. Kemudian mobil dibiarkan mundur teratur. Begitu sampai dibawah, teman
saya mengubah transmisi ke posisi L dan menggunakan fitur Mode Sport. Sehingga akhirnya
mobil bisa nanjak dengan ringan. Nah ini khan mestinya tidak perlu terjadi
kalau sejak awal driver sudah rexponsif
dan cekatan dalam membaca medan jalan. Apakah menggunakan gigi D atau L.
Pengalaman pribadi saya 2
kali di awal memiliki mobil manual dan ketiga atau sekarang menggunakan mobil
matic. Saya pribadi lebih senang menggunakan mobil matic. Lebih ringan dan
mudah serta nyaman dalam menggunakannya. Dengan Nissan Serena, pejalanan di tol
semarang – solo dengan tanjakan yang terjal, tetap saja mobil ini sangat responsive
dan bertenaga. Dengan mode Sport, tanjakan di hutan arak arak di Bondowoso dan gunung
kumitir di jember dilibas dengan sangat ringan. Demikianlah artikel tentang
Mobil Matic antara mitos dan Miss Persepsi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar