(Dok Pribadi)
Etika mencari kerja dulu dan kini sebenarnya tetap
saja. Hanya saja karena banyaknya perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam
dunia selama ini, khususnya di bidang ekonomi dan juga dunia kerja, maka
perilaku dalam mencari pekerjaan juga ada pergeseran. Berdasarkan pengakuan dan
pengalaman beberapa orang yang sekarang sudah masuk masa purna tugas, memang
ada pola pencarian kerja oleh tenaga kerja dan juga perilaku perusahaan atau
institusi yang berubah. Mungkin bisa juga disebut sebagai paradox mencari kerja
dulu di era 70 an dan kini. Dalam artikel kali ini, akan saya ceritakan
beberapa pengalaman para pelaku yang sekarang sudah di masa pensiun. Secara
umum, para narasumber memang mengakui dan mengalami hal yang sama dalam
pencarian kerja di era 70 an. Pengakuan dan pengalaman itu adalah “Di era 70an,
perusahaanlah yang mencari tenaga kerja, Tapi di era sekarang Tenaga Kerjalah
yang mencari Perusahaan”. Di era yang kini tenaga kerjalah yang mencari
perusahaan, ternyata kadang kala masih ada kasus yang menunjuk bahwa etika para
tenaga kerja juga kurang bagus, tidak seintegritas para tenaga kerja di zaman
dulu (era 70an). Beberapa kasus itu antara lain, masih banyaknya kasus
pencurian barang atau harta benda milik perusahaan oleh karyawan sendiri. Hal
ini tentu saja sangat disayangkan. Karena kasus criminal semacam ini, sangat
atau bisa dipastikan berujung pada PHK, padahal sekarang ini sulit mencari
pekerjaan. Itu satu diantara paradox dunia kerja.
Nara suber saya yang satu ini kelahiran tahun 1950. Artinya
sekarang sudah berusia 69 tahun. Pria kelahiran kota udang Sidoarjo ini
membenarkan bahwa di tahun 70an dulu, perusahaan rata rata yang mencari tenaga
kerja supaya mau bekerja di perusahaanya. Sebagai contoh yang dialami beliau
sendiri. Waktu itu, dirinya sebenarnya lulusan SPG (Sekolah Pendidikan Guru). Sambil
menunggu pengangkatan sebagai Guru, beliau suka sekali main ke beberapa lokasi
perusahaan perusahaan di kawasan
Siodarjo. Kebetulan waktu itu, ada perusahaan nasional yang sedang mencari
tenaga kerja di bidang Tekhnik. Dan nampaknya, perusahaan ini sudah lama
mencari tenaga kerja di bidang tekhnisi tapi tidak juga segera menemukan tenaga
kerja yang dimaksud karena tidak ada yang melamar. Akhirnya dengan modal nekad
beliau mau bekerja sebagai tekhnisi. Kenapa saya bilang nekad, karena antara
background pendidikannya sebagai pendidik sedangkan pekerjaannya yang baru
adalah tekhnisi. Jadi ga nyambung. Karena nekad, akhirnya beliau semangat untuk
belajar dari nol tentang pekerjaannya yang baru yaitu sebagai tekhnisi. Sayang
sekali langkah yang beliau tempuh tidak banyak diikuti teman teman sebayanya. Ya
…itulah etika mencari kerja dulu dan kini. Dan ternyata langkah yang beliau
ambil ini sudah tepat. Karena sekarang perusahaan yang ditempati beliau ini
menjadi perusahan sekala nasional yang mampu menggaji dan memberi uang
pensiunan lebih besar dari pada perusahaan swasta pada umumnya. Tidak hanya
itu, beliau juga sukses menempatkan 2 putranya dari 4 putra putrinya di
perusahaan ini, yang sekarang sangat diminati tenaga kerja.
Nara sumber saya yang berikutnya adalah juuga seorang
yang lulusan SPG/Sekolah Pendidikan Guru. Bedanya saat itu di tahun 1974
sekolah sekolah sedang kekurangan tenaga guru, Akhirnya selang beberapa saat
sesudah lulus belliau langsung diangkat sebagai guru dalam hal ini tentu saja diangkat sebagai PNS. Tapi
beliau juga mengakui bahwa saat itu, memang sebagian besar perusahaan atau
institusilah yang gencar mencari tenaga kerja. Dan Alhamdulillah beliau juga
mengakui bahwa pekerjaannya sebagai guru juga bisa berhasil mengantar putra
putri untuk jadi orang yang sukses. Meski berbeda dengan naras umber yang awal,
yang menempatkan putranya di perusahaan yang ditempati beliau selama 45 tahun. Untuk naras umber saya yang kedua ini,
membebaskan putra putrinya untuk berkarya di bidang apa saja, yang penting
halal dan mulia. Selain 2 nara sumber saya ini, saya masih ada satu naras umber
lagi. Beliau adalah lulusan SMEA di tahun awal awal 70an. Beliau yang lulusan
SMEA ini juga mengakui bahwa di tahun 70an itu perusahaan yang mencari
karyawan. Sehingga waktu itu, beliau langsung bisa bekerja di salah satu BUMN
yang cukup besar yang berlokasi di Jawa Timur. Selang beberapa tahun bekerja di
perusahaan ini, beliau melihat kesempatan untuk menjadi partner di perusahaan
BUMN ini. Akhirnya beliau keluar dan menjadi supplier sukses di perusahaan ini
sampai sekarang. Menurutnya, bekerja sebagai karyawan di BUMN tersebut dan
menjadi partner atau supplier di perusahaan tersebut tentu ada kekurangan dan
kelebihannya. Meski demikian terlepas dari itu semua, menjadi partner atau supplier
perusahaan tersebut memberikan kebebasan waktu yang lebih banyak lagi. Sekali lagi
beliau mengakui paradigma mencari kerja dulu dan sekarang memang menjadi paradox
yang harus pandai pandai disikapi oleh calon tenaga kerja kita. Tapi, itulah
realitasnya etika mencari kerja dulu dan kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar