Breaking

Minggu, 16 Juni 2019

Bendungan Selorejo 1979, 1995 dan sekarang.

(Dok Pribadi Bendungan Selorejo Ngantang) 
Bendungan selorejo 1979, 1995 dan sekarang bagi saya masih tetap sama, hanya mungkin dulu kali pertama saya kesini 1979 suhunya masih lebih dingin dibandingkan sekarang. Waktu itu saya masih usia 5 tahun (belum sekolah, karena anak anak boleh sekolah ketika usia 6 atau 7 tahun. Tidak ada TK di desa saya hehehe. Jadi langsung SDN. Saya yang masih kecil bisa ikut rekreasi ke Bendungan Selorejo karena orang tua saya (bapak) adalah guru di salah satu sekolah. Jadi pada waktu, perpisahan kelas 6 mesti ada rekreasi. Di waktu itu, salah satu tujuan rekreasi adalah Bendungan Selorejo ini. Yang masih ingat dalam ingatan saya adalah tanggul di sisi yang dekat pintu air. Jadi kalau dari pintu masuk rekreasi terus lurus dan turun ke dermaga perahu perahu di sebalah kanan dan kiri. Say sempat duduk duduk di sisi tanggul itu yang masih banyak pepohonan yang agak rindang. Sementara beberapa orang guru dan  murid menyempatkan diri naik perahu. Melihat banyak yang naik perahu, saya dan bapak juga ikut naik perahu… hehehe takut juga. Itu pertama kali dalam hidup saya naik perahu. Hanya itu yang saya ingat, karena kami ada di Selorejo ini hanya sebentar saja sebab hari sudah menjelang sore, dan harus segera balik ke Mojokerto.

Sejak itu, saya lama sekali tidak berkunjung ke selorejo. Saya baru teringat dan melihat lagi bendunga Selorejo sekitar tahun 1992 itupun dari atas Bus Puspa Indah dari Dinoyo Malang ke Arah Jombang. Waktu itu saya sedang mencari cari tempat belajar di malang sesudah lulus SMA. Sesudah dapat tempat belajar di Malang, saya kebingungan mau pulang ke mojokerto lewat mana?. Ketika berada di depan Balai kota Malang di Monumen Tugu, ada orang yang memberi tahu kalau ke Mojokerto bisa lewat Dinoyo ke Jombang dengan naik bus kecil Puspa indah, nanti dari Jombang naik bus jurusan ke Surabaya. Atas petunjuk orang tersebut, singkat kata saya akhirnya naik mobil line jurusan terminal Dinoyo (mobil kecil Hijet hehehe). Dari terminal Dinoyo naik bus mini Puspa Indah yang hanya muat 24 orang saja. Waktu itu dalam hati saya bertanya…koq busnya kecil ya…???. Akhirnya buspun berangkat, melintasi kota Batu (waktu itu masih dingin dan masih sering lihat awan atau kabut meintas di siang hari), sekarang sudah jarang lagi. Sesudah melintas kota Batu mulailah jalan berkelok kelok. Dan saya baru ngeh…pantes saja busnya kecil. Jalannya berkelok kelok naik turun. Ketika sudah melewati Pujon kota dingin yang tekenal dengan ternak sapi perah, sampailah di Ngantang. Dan ketika saya menengok ke kiri, ternyata melihat kubangan air yang sangat luas. Beberapa penumpang bercerita itulah bendungan Selorejo. Saya juga melihat papan penunjuk dan papan informasi lainnya yang menunjukan itulah Bendungan Selorejo yang dulu pernah saya kunjungi sekitar tahun 1979. Dalam hati saya berkata “Ohhh ini, di sini letaknya bendungan Selorejo”. Pikiran saya langsung melintasi batas ruang dan waktu, “Bendungan Selorejo 1979, 1995 dan sekarang aku melihatnya lagi, Wahh bagus bener. Suhunya juga dingin. Beberapa tahun kemudian sekitar tahun 1995 saya kebetulan Masuk di Senat Mahasiswa bidang pendidikan yang punya tugas merancang berbagai kegiatan Mahasiswa yang terkait dengan pendidikan. Team kami akhirnya memutuskan kegiatan LDKM (Latihan Dasar kepemimpinan Mahasiswa) diadakan di kawasan Bendungan Selorejo dengan menginap di hotel hotel yang ada di dalam kawasan Wisata bendungan Selorejo. Harus menginap, karena kegiatanya beberapa hari. Mungkin karena banyaknya mahasiswa dan beragam kondisi psikologi Mahasiswa baru. Akhirnya selama 3 malam kita harus kucingan kucingan dengan beberapa Mahasiswa baru yang kesurupan. Ehmmm capek juga jadi Panitia. Malam berurusan dengan anak anak yang kesurupan, siang mengisi kegiatan pelatihan untuk Mahasiswa Baru. Meski demikian alhamdulillah karena kegiatan selesai sesuai dengan rencana. Beberapa hal yang berubah dari Bendungan Selorejo disbanding dengan kali pertama saya lihat di tahun 1979 adalah dulu airnya masih segar. Tapi waktu itu, serasa bau amis (ternyata tercampur dengan limbah sapi perah). Beberapa tahun kemudian masalah ini bisa diselesaikan.

Selain itu, wisata kuliner dari hasil kerambah atau budidaya ikan air tawar di Selorejo bertambah maju saja. Kalau di awal saya lihat tahun 1979 dibandingkan sekarang tentu saja sangat jauh. Sekarang tambah meriah saja wisata kuliner dengan lauk ikan ikan yang di budidayakan di Bendungan Selorejo. Masakan di warung warung di dekat dermaga dengan aroma khas ikan air tawar, semakin menggoda pengunjung untuk menikmati makanan khas Bendungan selorejo. Yang ingin naik perahu juga bisa. Tapi ada yang lucu kemarin… waktu di parkiran saya ditawarin naik perahu sekeluarga 80 ribu sampai di Masjid Putih ngantang. Tapi begitu saya turun di dekat dermaga perahu, saya ditawari lagi naik perahu sekeluarga sampai masjid putih ngantang.. hanya 40 ribu hehehe. Nah… bagi yang ngin menikmati suasana dingin malam di bendungan Selorejo Ngantang juga ada tersedia hotel yang siap menerima para wisatawan. Bendungan Selorejo 1979, 1995 dan sekarang tetap dalam memory.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar