Bendungan selorejo 1979, 1995 dan sekarang bagi saya
masih tetap sama, hanya mungkin dulu kali pertama saya kesini 1979 suhunya
masih lebih dingin dibandingkan sekarang. Waktu itu saya masih usia 5 tahun
(belum sekolah, karena anak anak boleh sekolah ketika usia 6 atau 7 tahun. Tidak
ada TK di desa saya hehehe. Jadi langsung SDN. Saya yang masih kecil bisa ikut
rekreasi ke Bendungan Selorejo karena orang tua saya (bapak) adalah guru di
salah satu sekolah. Jadi pada waktu, perpisahan kelas 6 mesti ada rekreasi. Di
waktu itu, salah satu tujuan rekreasi adalah Bendungan Selorejo ini. Yang masih
ingat dalam ingatan saya adalah tanggul di sisi yang dekat pintu air. Jadi kalau
dari pintu masuk rekreasi terus lurus dan turun ke dermaga perahu perahu di
sebalah kanan dan kiri. Say sempat duduk duduk di sisi tanggul itu yang masih
banyak pepohonan yang agak rindang. Sementara beberapa orang guru dan murid menyempatkan diri naik perahu. Melihat banyak
yang naik perahu, saya dan bapak juga ikut naik perahu… hehehe takut juga. Itu pertama
kali dalam hidup saya naik perahu. Hanya itu yang saya ingat, karena kami ada
di Selorejo ini hanya sebentar saja sebab hari sudah menjelang sore, dan harus
segera balik ke Mojokerto.
Sejak itu, saya lama sekali tidak berkunjung ke
selorejo. Saya baru teringat dan melihat lagi bendunga Selorejo sekitar tahun
1992 itupun dari atas Bus Puspa Indah dari Dinoyo Malang ke Arah Jombang. Waktu
itu saya sedang mencari cari tempat belajar di malang sesudah lulus SMA. Sesudah
dapat tempat belajar di Malang, saya kebingungan mau pulang ke mojokerto lewat
mana?. Ketika berada di depan Balai kota Malang di Monumen Tugu, ada orang yang
memberi tahu kalau ke Mojokerto bisa lewat Dinoyo ke Jombang dengan naik bus
kecil Puspa indah, nanti dari Jombang naik bus jurusan ke Surabaya. Atas
petunjuk orang tersebut, singkat kata saya akhirnya naik mobil line jurusan
terminal Dinoyo (mobil kecil Hijet hehehe). Dari terminal Dinoyo naik bus mini
Puspa Indah yang hanya muat 24 orang saja. Waktu itu dalam hati saya bertanya…koq
busnya kecil ya…???. Akhirnya buspun berangkat, melintasi kota Batu (waktu itu
masih dingin dan masih sering lihat awan atau kabut meintas di siang hari),
sekarang sudah jarang lagi. Sesudah melintas kota Batu mulailah jalan berkelok
kelok. Dan saya baru ngeh…pantes saja busnya kecil. Jalannya berkelok kelok
naik turun. Ketika sudah melewati Pujon kota dingin yang tekenal dengan ternak
sapi perah, sampailah di Ngantang. Dan ketika saya menengok ke kiri, ternyata
melihat kubangan air yang sangat luas. Beberapa penumpang bercerita itulah
bendungan Selorejo. Saya juga melihat papan penunjuk dan papan informasi
lainnya yang menunjukan itulah Bendungan Selorejo yang dulu pernah saya
kunjungi sekitar tahun 1979. Dalam hati saya berkata “Ohhh ini, di sini
letaknya bendungan Selorejo”. Pikiran saya langsung melintasi batas ruang dan
waktu, “Bendungan Selorejo 1979, 1995 dan sekarang aku melihatnya lagi, Wahh
bagus bener. Suhunya juga dingin. Beberapa tahun kemudian sekitar tahun 1995
saya kebetulan Masuk di Senat Mahasiswa bidang pendidikan yang punya tugas
merancang berbagai kegiatan Mahasiswa yang terkait dengan pendidikan. Team kami
akhirnya memutuskan kegiatan LDKM (Latihan Dasar kepemimpinan Mahasiswa)
diadakan di kawasan Bendungan Selorejo dengan menginap di hotel hotel yang ada di
dalam kawasan Wisata bendungan Selorejo. Harus menginap, karena kegiatanya
beberapa hari. Mungkin karena banyaknya mahasiswa dan beragam kondisi psikologi
Mahasiswa baru. Akhirnya selama 3 malam kita harus kucingan kucingan dengan
beberapa Mahasiswa baru yang kesurupan. Ehmmm capek juga jadi Panitia. Malam berurusan
dengan anak anak yang kesurupan, siang mengisi kegiatan pelatihan untuk
Mahasiswa Baru. Meski demikian alhamdulillah karena kegiatan selesai sesuai
dengan rencana. Beberapa hal yang berubah dari Bendungan Selorejo disbanding dengan
kali pertama saya lihat di tahun 1979 adalah dulu airnya masih segar. Tapi waktu
itu, serasa bau amis (ternyata tercampur dengan limbah sapi perah). Beberapa tahun
kemudian masalah ini bisa diselesaikan.
Selain itu, wisata kuliner dari hasil kerambah atau
budidaya ikan air tawar di Selorejo bertambah maju saja. Kalau di awal saya
lihat tahun 1979 dibandingkan sekarang tentu saja sangat jauh. Sekarang tambah
meriah saja wisata kuliner dengan lauk ikan ikan yang di budidayakan di
Bendungan Selorejo. Masakan di warung warung di dekat dermaga dengan aroma khas
ikan air tawar, semakin menggoda pengunjung untuk menikmati makanan khas Bendungan
selorejo. Yang ingin naik perahu juga bisa. Tapi ada yang lucu kemarin… waktu
di parkiran saya ditawarin naik perahu sekeluarga 80 ribu sampai di Masjid
Putih ngantang. Tapi begitu saya turun di dekat dermaga perahu, saya ditawari lagi
naik perahu sekeluarga sampai masjid putih ngantang.. hanya 40 ribu hehehe. Nah…
bagi yang ngin menikmati suasana dingin malam di bendungan Selorejo Ngantang
juga ada tersedia hotel yang siap menerima para wisatawan. Bendungan Selorejo 1979, 1995 dan sekarang tetap dalam memory.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar